Meilanie Buitenzorgy: Budiman Sudjatmiko, Mayat Mayat dan Kita
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 22 Juli 2023 07:40 WIB
Soliditas rakyat penjaga moral-lah yang berhasil memaksa politisi-politisi Senayan (ikut-ikutan) mengutuki Ferdy Sambo di depan Kapolri.
Bayangkan kalau kita adalah rakyat yang permisif. Rakyat dengan standar moral politisi. Pasrah begitu saja dengan skenario tembak-menembak antara Icad-Yosua itu. Ferdy Sambo pun melenggang menjadi Kapolri. Dengan endorse para politisi Senayan. Dan dukungan politik Jokowi.
Bagi Budiman Sudjatmiko, Romahurmuziy dan para politisi, mayat Yosua cuma masa lalu. KITA-lah, rakyat, yang memberikan NILAI untuk mayat Yosua. Nilai benar-salah. Nilai moral.
Bagi Budiman Sudjatmiko dan Romahurmuziy, mayat Ita Martadinata dan Fransisca cuma sekedar masa lalu. Karena mereka politisi. Yang tak kenal nilai benar-salah. KITA-lah, rakyat, yang harus berjuang memberikan NILAI untuk mayat-mayat itu. Nilai benar-salah. Nilai moral.
Ketika ada sekelompok anak muda berkaos “Orang Baik Tidak Pilih Penculik” memviral di media sosial, maka kita patut bersyukur. Dan terharu. Harapan itu masih ada.
Budiman Sudjatmiko adalah masa lalu. Anak-anak muda berkaos “Orang Baik Tidak Pilih Penculik”, itulah masa depan kita.
Mari kita berjuang bersama mereka. Berjuang mempertahankan moral Bangsa. Tak penting apakah kita menang atau kalah di Pilpres 2024. Yang penting kita menjadi pemenang moral.
Yang penting nilai benar-salah itu kita perjuangkan. Dan, hei, bisa jadi kita, dan anak-anak muda itu, menjadi pemenang di Pilpres 2024!