DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Meilanie Buitenzorgy: Budiman Sudjatmiko, Mayat Mayat dan Kita

image
Budiman Sudjatmiko (kanan) dan bakal capres Prabowo Subianto.

ORBITINDONESIA.COM - Mayat teman-temannya yang mengambang di sepanjang perairan kepulauan Seribu sampai perairan Lampung. Bagi Budiman Sudjatmiko, itu hanya sekedar masa lalu.

Mayat Ita Marthadinata yang diperkosa sebelum dibunuh, dengan batang kayu tertancap di anus. Mayat bocah Fransisca yang diperkosa dengan botol yang dipecahkan dalam vaginanya. Mayat gadis Tionghoa lain yang habis diperkosa orang berambut cepak tak dikenal dipaksa minum baygon orang tuanya sendiri.

Dan mayat ratusan lagi perempuan-perempuan Tionghoa yang diperkosa, disayat puting payudaranya, lalu dibunuh atau terbunuh. Bagi Budiman Sudjatmiko, itu pun hanya sekedar masa lalu.

Baca Juga: Apa Senjata yang digunakan Toji Fushiguro untuk Mengalahkan Satoru Gojo di Anime Jujutsu Kaisen Season 2

Elektabilitas Prabowo yang makin moncer. Menduduki puncak klasemen berbagai lembaga survey terpercaya. Bagi Budiman Sudjatmiko, itulah masa depan!

Memilih jalan hidup sebagai politisi, namun tak terangkut ke Senayan, pasti membuat frustrasi.

Politik memang tak bermoral. Sejak zaman Julius Caesar sampai zaman Jokowi, begitulah adanya politik. Dalam politik, tak ada benar-salah. Yang ada hanyalah menang-kalah. Itulah yang dikatakan Romahurmuziy, politisi partai relijius PPP, tanpa malu-malu, dalam sebuah episode podcast Total Politik.

Ketika publik berusaha mati-matian menjaga moral dan nilai benar-salah, politisilah yang menghancurkannya. Politisi seperti Budiman Sudjatmiko.

Baca Juga: Profil Lengkap PSS Sleman: Klub Berjuluk Super Elang Jawa yang Berkompetisi di BRI Liga 1

Jangan lupa, KITA pernah memenangkan pertarungan moral dan benar-salah itu. Nilai-nilai moral kita lah yang sukses mengirim Ferdy Sambo ke penjara.

Soliditas rakyat penjaga moral-lah yang berhasil memaksa politisi-politisi Senayan (ikut-ikutan) mengutuki Ferdy Sambo di depan Kapolri.

Bayangkan kalau kita adalah rakyat yang permisif. Rakyat dengan standar moral politisi. Pasrah begitu saja dengan skenario tembak-menembak antara Icad-Yosua itu. Ferdy Sambo pun melenggang menjadi Kapolri. Dengan endorse para politisi Senayan. Dan dukungan politik Jokowi.

Bagi Budiman Sudjatmiko, Romahurmuziy dan para politisi, mayat Yosua cuma masa lalu. KITA-lah, rakyat, yang memberikan NILAI untuk mayat Yosua. Nilai benar-salah. Nilai moral.

Baca Juga: NewJeans Rilis Musik Video ETA, yang Ternyata Direkam Hanya Menggunakan iPhone 14 Pro, Hasilnya Mengagumkan

Bagi Budiman Sudjatmiko dan Romahurmuziy, mayat Ita Martadinata dan Fransisca cuma sekedar masa lalu. Karena mereka politisi. Yang tak kenal nilai benar-salah. KITA-lah, rakyat, yang harus berjuang memberikan NILAI untuk mayat-mayat itu. Nilai benar-salah. Nilai moral.

Ketika ada sekelompok anak muda berkaos “Orang Baik Tidak Pilih Penculik” memviral di media sosial, maka kita patut bersyukur. Dan terharu. Harapan itu masih ada.

Budiman Sudjatmiko adalah masa lalu. Anak-anak muda berkaos “Orang Baik Tidak Pilih Penculik”, itulah masa depan kita.

Mari kita berjuang bersama mereka. Berjuang mempertahankan moral Bangsa. Tak penting apakah kita menang atau kalah di Pilpres 2024. Yang penting kita menjadi pemenang moral.

Baca Juga: Bali United Berhasil Comeback dengan Sempurna, Antarkan Arema ke Zona Degradasi di Pekan ke 4 BRI Liga 1

Yang penting nilai benar-salah itu kita perjuangkan. Dan, hei, bisa jadi kita, dan anak-anak muda itu, menjadi pemenang di Pilpres 2024!

Mari kita berbagi rizki pada rakyat jelata pengrajin kaos dan sablon. Berjuang bersama mereka dengan kaos bersablon: “Orang baik tidak pilih penculik.”

Boleh juga nambah satu kaos lagi: “Orang pintar benci politisasi agama.”

Foto Prasasti Tragedi Mei '1998 yang ditandatangani Basuki Tjahaja Purnama. Inilah politisi yang masih TEGUH memegang prinsip moral dan benar-salah. Kalau bukan dia Gubernur-nya, prasasti ini takkan pernah ada.

(Oleh: Meilanie Buitenzorgy) ***

Berita Terkait