Ngopi: antara Tasawuf, Revolusi, dan Kolonialisme
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 24 Juni 2023 17:25 WIB
Tradisi ini berlangsung hingga era-era berikutnya dan mengalami perkembangan pesat di tangan kaum pemikir, aktivis revolusi, seniman, budayawan dan sastrawan. Pada masa modern muncul istilah maqha/kafe/kedai kopi.
Namun tradisi minum kopi sempat mengalami beberapa pergeseran seperti di masa kolonial Inggris yang mengenalkan tradisi minum minuman jenis lain, yaitu minum teh.
Pola kedua, kopi menyebar ke dunia barat melalui jalur Turki Utsmani. Ketika Turki Ustmani menguasai semua tanah Timur Tengah (sebelum era kolonial Eropa), bangsa Turki mulai mengenal tradisi minum kopi dan membawa pulang tradisi ini ke tanah air mereka.
Baca Juga: Destinasi Wisata Alam di Banyuwangi Ini Asik Banget Buat Kumpul Bareng Teman, Bisa Sambil Ngopi
Kemudian di Istanbul berdiri maqha/kafe/kedai kopi pertama di dunia (tempat minum kopi seperti sekarang) yang di dalamnya sering diadakan halaqoh tilawah al-Qur’an dan dihadiri oleh para pemuka agama dan pemikir. Dari Turki tradisi minum kopi menyebar ke Eropa melalui berbagai invasi Turki Utsmani.
Pada waktu itu Turki Utsmani masuk dalam peta perpolitikan Eropa sebagai salah satu negara yang diperhitungkan selain Inggris, Prancis dan Rusia. Bahkan Turki Utsmani sempat menguasai sebagian besar kawasan Balkan dan sebagian Austria.
Kafe pertama di Eropa berdiri di Wina (Austria) dengan gaya arsitektur timur (Turki) pada tahun 1683 dengan nama “Qarah Musthafa.”
Setelah itu kafe atau kedai kopi bermunculan di kota-kota di Eropa semisal Venesia, Palermo, Paris, Berlin dan London. Kemudian secara masif bangsa Eropa masa modern mengenal kafe dan tradisi minum kopi.
Baca Juga: Swary Utami Dewi: Desmond J. Mahesa, si Kukuh Teguh Tak Terbantahkan
Tradisi ini berkembang sangat pesat di Prancis, dan Paris menjadi kota yang lebih banyak memiliki kafe ketimbang kota-kota lain di Eropa.