Syaefudin Simon: Betulkah Pak AR Fachruddin Pemimpin Muhammadiyah yang Gagal
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 21 Juni 2023 09:31 WIB
Semua karakteristik itu ada pada Pak AR, tulis MIA. Bahkan melebihi dari kriteria Greenleaf. Seperti hidup sederhana, enthengan (easy going), ikhlas, asketis, spiritual, zuhud, dan lillahi taala. Yang terakhir ini poin pentingnya, kepemimpinan Pak AR sandarannya hanya Allah semata. Tak ada yang lain.
Pak AR dalam suatu ceramahnya menyatakan, Allah itu Maha Pencemburu. Jika di hati manusia ada cinta lain selain cinta kepada Allah, maka Dia akan cemburu. Kalau Allah cemburu, tahu sendiri akibatnya.
Dengan demikian, memahami kepemimpinan Pak AR yang lebih pas terkait preferensi Allah Yang Maha Pencemburu tadi adalah dengan pendekatan cinta. Atau pendekatan sufistik. Hanya saja, pendekatan sufistik, tampaknya kurang favorit di Muhammadiyah.
Hal ini terjadi karena Muhammadiyah taglinenya modernis dan berkemajuan. Dua kata ini tampaknya kurang sinkron dengan dunia tasawuf. Di Muhammadiyah, misalnya, term kewalian nyaris tak tersentuh dalam diskursus persyarikatan.
Padahal, tak sedikit orang Nahdhiyin menganggap Pak AR adalah waliyullah. Sesepuh NU, almarhum Kyai Yusuf Hasyim, misalnya menganggap Pak AR adalah waliyullah. Begitu pula Gus Dur, menganggap Pak AR waliyullah.
Salah satu ciri waliyullah adalah mempunyai karomah. Dan Pak AR sejak masih muda sudah terlihat karomahnya.
Baca Juga: Bikin Melongo, Segini Tarif Naik Kapal Selam Wisata Titanic yang Kini Hilang Kontak
Waktu jadi guru di Palembang, ketika Pak AR berusia 20-an tahun, misalnya, pernah terjadi hal yg unik. Pak Sukriyanto, putra Pak AR, menceritakan bahwa ada seorang pria tiba-tiba minta maaf ke Pak AR.
Ia mengaku telah memberi racun mematikan ke minumannya. Tapi Pak AR tak merasakan apa-apa. Pria tersebut akhirnya berlutut minta maaf kepada Pak AR karena ia menganggap beliau waliyullah.