Syaefudin Simon: Betulkah Pak AR Fachruddin Pemimpin Muhammadiyah yang Gagal
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 21 Juni 2023 09:31 WIB
Sampai-sampai salah seorang penguji menyatakan, promovendus ini tengah membacakan hasil penelitian disertasi atau membacakan pujian terhadap Pak AR. Dan anehnya, para penguji dan audiens yang hadir bisa memakluminya. Maklum, yang dibahas adalah Pak AR, tokoh ideal di persyarikatan.
Memang sah-sah saja suasana ujian doktor seperti itu. Tapi dalam suatu sidang ilmiah, mestinya ada pendekatan alternatif untuk mencari kelemahan Pak AR. Meski sulit sekali pun.
Baca Juga: Bedah Buku Gagasan Denny JA tentang Jembatan Antaragama
Saya tak tahu apakah suasana sidang ujian doktor Hasto Kristiyanto, sekjen PDIP di Universitas Pertahanan, 6 Juni 2023 lalu, suasananya seperti itu -- penuh pujian terhadap pemikiran Bung Karno.
Judul disertasi Hasto adalah "Diskursus Pemikiran Sukarno dan Relevansinya terhadap Pertahanan Negara". Saya membayangkan, secara psikologis Hasto pun tak akan berani mengungkapkan kelemahan pemikiran Bung Karno.
Itulah dilema "penulisan disertasi" bila obyek penelitiannya adalah pemikiran atau kebijakan seorang tokoh yang dikaguminya.
Seperti Ikhwan Ahada (MIA) terhadap Pak AR dan Hasto Kristiyanto terhadap Bung Karno. Posisi mereka membuatnya sulit untuk mengekspose kekurangan atau kelemahan sosok tokoh yang ditelitinya.
Baca Juga: BUMN, Apakah Sudah Melaksanakan Tanggung Jawab Terhadap Pasal 33 UUD
MIA, misalnya, dalam disertasinya mengkaji kepemimpinan Pak AR dengan kacamata Robert K. Greenleaf. Menurut Greenleaf, pemimpin yang servant, kudu memiliki 9 karakter:
(1) mendengarkan, (2) menerima orang lain dan empati, (3) punya kemampuan memprediksi, (4) persuasif, (5) konseptual, (6) menyembuhkan, (7) melayani, (8) berkomitmen, dan (9) membangun komunitas.