DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Denny JA: Puisi Esai Sudah Waktunya Masuk Sekolah

image
Denny JA, penggagas dan pelopor puisi esai.

Tim Weed menyatakan, peristiwa sejarah akan jauh lebih kaya jika ditulis dalam bentuk sastra, seperti dalam genre historical fiction.

"Sastra dapat mengisahkan sepotong sejarah lebih banyak dan mendalam dibanding rekonstruksi sejarah yang sederhana," ujarnya.

"Melalui sastra, kita mengalami dunia baru. Kisah sebenarnya tak hanya kita pahami sebagai data yang kering soal tokoh, peristiwa, tempat dan tahun kejadian,” kata Denny JA. 

“Sastra memberi sentuhan emosi, membuat kisah ini menjadi personal dengan memasukkan karakter tertentu."

Tim Weed sendiri diketahui menulis novel sejarah berjudul  Will Poole’s Island (2014). Ia berharap pembaca novelnya itu akan memahami asal-usul Amerika abad ke-17 secara berbeda. 

"Ia tak hanya mengangkat kembali peristiwa yang dapat diketahui pula melalui buku sejarah. Tapi ia memasukkan fiksi yang membuat peristiwa di abad 17 itu memberikan sentuhan emosional dan filosofi yang lebih dalam," kata Denny JA.

Puisi esai, tambahnya, adalah bagian dari genre historical fiction itu. Tapi dalam puisi esai, tak hanya menceritakan sepotong sejarah yang jauh di masa lalu. Puisi esai juga mengisahkan peristiwa yang hangat dibicarakan di masa kini.

"Agar lebih mendalam, kita tambahkan fiksi dalam kenyataan yang sebenarnya. Dan kita berikan catatan kaki, agar pembaca dapat menggali kisah sebenarnya," tuturnya.

Puisi esai menjadi bentuk terbaru genre historical fiction. Ia bukan novel tapi puisi. Ia tak hanya soal sejarah di masa lalu, tapi juga kisah sebenarnya di masa kini. Ia mewajibkan catatan kaki tentang kisah sebenarnya yang diangkat dalam puisi esai.

"Catatan kaki bukan sekedar penambah keterangan puisi. Catatan kaki dalam puisi esai jauh lebih strategis karena ia menjadi ibu kandung lahirnya puisi di atasnya," tambah Denny JA.

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait