DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Soal Rukun Iman: Betulkah Akidah Syiah Itu Sesat

image
Peringatan Asyura oleh penganut Syiah menandai kesyahidan cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husein bin Ali dalam pertempuran Karbala, Iraq, 8 Agustus 2022.

ORBITINDONESIA.COM - Ada sebagian Muslim di Indonesia yang menganggap Syiah itu sesat, bahkan bukan Islam.

Salah satu tuduhan berat yang dialamatkan kepada kaum Syiah adalah kesesatan akidahnya.

Dikatakan bahwa Syiah hanya memiliki lima Rukun Iman, yaitu:
1.  Tauhid,
2.  'Adalah (keadilan Allah),
3.  Kenabian,
4.  Imamah,
5.  Ma’ad (hari kiamat).

Baca Juga: Dosen Teknik Sipil ITB: Jalan Rusak Tidak Selalu Karena Ada Beban Berlebih

Sebaliknya, kaum Sunni meyakini rukun iman berjumlah enam: iman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-Nya, kepada nabi-Nya, kepada qadha dan qadar, serta iman kepada hari akhir.

Lalu, dari perbedaan itu, dikatakan bahwa orang-orang Syiah dipandang “bukan Islam”. Betulkah demikian?

Perlu diketahui, bahwa Rukun Iman dan Rukun Islam yang dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia saat ini adalah sebuah formula/rumusan yang disusun oleh para ulama teologi Asy'ariyah.

Tetapi tak dapat dipungkiri, bahwa teologi Asy’ariyah hanyalah salah satu aliran dari banyak himpunan aliran lain yang ada dalam mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Baca Juga: Ingin Tahu Nama Bakal Calon Gubernur Sulut, Berikut Ini Daftarnya

Misalnya, ada aliran teologi Maturidiyah. Juga ada aliran Mu’tazilah. Masing-masing aliran ini juga memiliki rumusan formula tersendiri tentang Rukun Iman dan Rukun Islam nya, yang juga berbeda dengan rumusan teologi Asya’riyah.

Ahlul Hadis dan teologi Salafi yang menganut teologi Ahmad bin Hanbal juga memberikan rumusan rinci tentang akidah yang juga berbeda dengan Asy’ariyah.

Jadi hal paling penting untuk digarisbawahi adalah: jika ada bagian keimanan yang tidak dimasukkan ke dalam formula atau rumusan sebuah rukun iman, bukan berarti bahwa bagian tersebut tidak diimani oleh para pengikut aliran tsb. Hanya saja, rumusan formulanya memang berbeda.

Contohnya: Dalam rukun iman Sunni tercantum iman kepada kitab-kitab suci, sedangkan di dalam rukun Syiah tidak tercantum. Apakah Syiah tidak mempercayai kitab suci?

Baca Juga: Mamma Rosy yang Viral Tukar Pesanan Daging Sapi dengan Daging Babi Siap Kembalikan Uang Pembelinya

Tentu saja tidak demikian. Orang-orang Syiah jelas meyakini keberadaan kitab-kitab suci dan bahwa kltab-kitab suci tersebut diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasulnya.

Hanya saja Syiah tidak mencantumkannya secara tersendiri, tapi memasukkannya ke dalam sub-bagian dari nubuwwah (kenabian), yaitu nubuwah para Nabi terdahulu, dan Nabi terakhir Muhammad SAW.

Hal yang sama juga berlaku pada keimanan pada malaikat dan qadha/qadar. Syiah percaya bahwa malaikat ltu memang ada dan mereka masing-masing punya sejumlah tugas.

Syiah juga percaya bahwa Allah punya ketetapan yang tidak mungkin bisa dilawan oleh siapapun. Hanya saja, Syiah memasukkan bahasan tentang hal ini pada sub-bagian bab pembahasan pilar yang lainnya.

Baca Juga: Sinopsis Film Under Siege 2 Aksi Heroik Steven Seagal Gagalkan Teroris Kereta Api Tayang di Bioskop Trans TV

Ibaratnya, ada dua penulis yang sama-sama menulis buku tentang ‘sumber daya alam’. Penulis A sangat mungkin membagi pembahasan dalam 15 bab, sementara penulis lain menulis 10 bab.

Oleh penulis A, topik tentang ‘minyak bumi’ dijadikan pembahasan tersendiri di bab ke-5, sementara penulis B hanya memasukkan ‘minyak bumi’ dalam salah satu sub-bab di bab 4.

Sunni membatasi rukun iman hanya kepada enam perkara. Tentu saja, ini tidak berarti bahwa Sunni tidak percaya kepada hal-hal yang lain.

Ketika Sunni hanya memasukkan adanya ketetapan Allah sebagai rukun iman, bukan berarti mereka menolak sifat-sifat Allah yang lain seperti Mahatahu, Mahahidup. dan Mahaabadi.

Baca Juga: Guyon Guardiola, Manchester City Bisa Raih Lebih Banyak Trofi Liga Champion Milik Real Madrid

Sunni juga tidak memasukkan kepercayaan terhadap alam kubur dan kefanaan dunia dalam rukun iman mereka, meskipun jelas sekali bahwa mereka meyakininya.

Jadi sekali lagi, sekadar tidak memasukkan suatu kepercayaan ke dalam rukun iman, bukan berarti tidak mempercayainya. Itu point utama yang perlu kita sadari.***

Berita Terkait