Dubes Ukraina Vasyl Hamianin Kunjungi LVRI, Kagum kepada Jenderal TNI Soedirman
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 31 Mei 2023 16:21 WIB
Pada 12 November 1945, dalam sebuah pemilihan untuk menentukan panglima besar Tentara Keamanan Rakyat di Yogyakarta, Soedirman terpilih menjadi panglima besar. Sedangkan Oerip, yang telah aktif di militer sebelum Soedirman lahir, menjadi kepala staf.
Sembari menunggu pengangkatan, Soedirman memerintahkan serangan terhadap pasukan Inggris dan Belanda di Ambarawa.
Pertempuran ini dan penarikan diri tentara Inggris menyebabkan semakin kuatnya dukungan rakyat terhadap Soedirman, dan ia akhirnya diangkat sebagai panglima besar pada 18 Desember 1945.
Baca Juga: Inilah Makna Filosofis di Balik Logo IKN Pohon Hayat Karya Aulia Akbar
Selama tiga tahun berikutnya, Soedirman menjadi saksi kegagalan negosiasi dengan tentara kolonial Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.
Yang pertama adalah Perjanjian Linggarjati --yang turut disusun oleh Soedirman -- dan kemudian Perjanjian Renville --yang menyebabkan Indonesia harus mengembalikan wilayah yang diambilnya dalam Agresi Militer I kepada Belanda dan penarikan 35.000 tentara Indonesia.
Ia juga menghadapi pemberontakan dari dalam, termasuk upaya kudeta pada 1948.
Jenderal Soedirman kemudian menyalahkan peristiwa-peristiwa tersebut sebagai penyebab penyakit tuberkulosis-nya; karena infeksi tersebut, paru-paru kanannya dikempeskan pada November 1948.
Baca Juga: Bambang Sumbogo: Lampung Ajukan Lagi ke Pusat tentang Rencana Pembangunan Jalur Kereta Trans Sumatra
Pada 19 Desember 1948, beberapa hari setelah Soedirman keluar dari rumah sakit, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta.