Manuel Kaisiepo: Soeharto...
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 21 Mei 2023 13:05 WIB

Atau seperti yang dikemukakan Herbert Feith, Orde Baru Soeharto adalah contoh bagus "rezim represif-developmentalis!".
Semua kajian dalam perspektif kultural di atas menunjukkan, dalam alam pikiran atau kultur Jawa, kekuasaan itu bersifat adikodrati, numinus, "ilahiah".
Baca Juga: Cetak Sejarah, Jakarta Bhayangkara Presisi Melaju ke Final Asian Club Volleyball Championship
Maka penguasa yang bijak, wicaksono dalam memahami dan menafsir konsepsi ini, tidak akan khawatir atas kelanggengan kekuasaannya selama ia merasa benar dan tidak punya pamrih dalam menjalankan kekuasaannya.
Sebaliknya, dia akan mundur apabila dia menyadari telah kehilangan legitimasi "langit", yang ditandai oleh munculnya berbagai peristiwa yang tidak dialami sebelumnya.
Bisa bencana alam, wabah penyakit, kelaparan (kegagalan ekonomi), kerusuhan, dan seterusnya, adalah sasmita, simbol atau sinyal delegitimasi kekuasaan. "Kesaktian" (atau "karisma" dalam pengertian Weber) yang dimiliki sang penguasa sudah hilang, sirna!
Apakah mundurnya Soeharto dari panggung kekuasaan 20 tahun lalu adalah manifestasi pemimpin Jawa yang wicaksono, paham bahwa karismanya sudah hilang?
Atau ada faktor lain? Silahkan dikaji dan tafsir sendiri?
Catatan: tulisan ini pertama kali dipublikasikan 21 Mei 2018. ***