DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Denny JA: Bung Hatta Mendukung Demokrasi, tetapi Bukan Demokrasi ala Barat yang Individualistik

image
Denny JA

ORBITINDONESIA - Proklamator Kemerdekaan RI, Bung Harta, memberikan dukungan atau favoritisme pada demokrasi, tetapi bukan demokrasi ala Barat yang individualistik. Karena individualisme yang terlalu kuat bisa memperlebar jurang kaya dan miskin.

Hal itu diungkapkan Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA, dalam Webinar di Jakarta, Kamis malam, 11 Agustus 2022. Webinar ini membahas tema “Karsa Bung Hatta Untuk Bangsa.” Pemandu diskusi adalah Elza Peldi Taher dan Swary Utami Dewi.

Denny mengungkapkan, embrio pemikiran Bung Hatta terdiri dari tiga unsur. Yaitu: demokrasi (non-individualisme), sosialisme (non-komunisme), dan agama Islam (non-Negara Islam).

Baca Juga: Motif Bendera Majapahit Menginspirasi Dunia

Bung Hatta juga mendukung Sosialisme, yang memberdayakan rakyat banyak dan memberi pemerataan ekonomi pada rakyat.

“Tetapi Bung Hatta tak suka jika sosialisme ini diwarnai komunisme yang mengarah ke diktator proletariat, dan  tidak memberi tempat untuk demokrasi,” ujar Denny.

Bung Hatta juga sangat diwarnai oleh pengalaman hidup dan nilai-nilai keislaman. “Tetapi ia tidak pro pada perjuangan yang lebih keras lagi, yang mengarah ke Negara Islam,” tutur Denny.

Bung Hatta mendukung demokrasi sosial ala Indonesia. Yang dijadikan model adalah Negara Kesejahteraan Eropa Barat. Yakni, model negara-netara Nordik, seperti Finlandia, Denmark, Swedia, dan Norwegia, yang dimodifikasi.

Baca Juga: Pendidik dan Pemahaman Agama, Terkait Kasus Pemaksaan Jilbab

Denny menjelaskan, sekarang sudah ada cara baru yang dikembangkan PBB, untuk mengukur kemajuan suatu negara, yang tidak semata-mata ditentukan oleh ekonomi. Tetapi oleh tingkat kebahagiaan warganya.

Ternyata, dengan kriteria baru itu, negara Nordik unggul dalam ukuran kebahagiaan warganya.

Dalam data Indeks Kebahagiaan Dunia 2022, nomor 1 dipegang Finlandia dan nomor 2 Denmark. Nomor 3 dan 4 dipegang Swiss dan Islandia. ***

 

 

Berita Terkait