Esthi Susanti Hudiono: Kanon Literasi dan Satupena
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 05 Mei 2023 14:25 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Indonesia saat ini belum mempunyai kanon literasi. Pertanyaan Mas Anick penting yakni bagaimana karakter dan nation building terjadi untuk menjadikan warganegara dewasa dan bertanggung jawab (aku tambah)?
Indonesia membutuhkan kanon literasi karena bangsa yang dibentuk berbasis imajinasi bukan identitas primordial. Jalan yang ditempuh saat ini berdasarkan narasi penguasa dan pemegang otoritas yang mempunyai banyak bias. Yang ujungnya adalah ketidakadilan karena segenap bangsa belum diimajinasikan sebagai sesama.
Konsep kanon literasi adalah konsep asing. Nara sumber kemarin tidak asing bagiku. Ada sekitar 4 atau lima bukunya telah aku baca. Martin adalah penulis inovatif dengan rujukan jelas.
Baca Juga: Catatan Kilas Ch. Robin Simanullang: Terimakasih Mbak Mega
Kanon literasi adalah standar bacaan yang harus dibaca murid. Literasi yang semoga tak hanya merujuk buku dengan narasi bahasa tetapi juga bentuk karya lain seperti lukisan, patung, fotografi. Karya-karya di luar teks bahasa Indonesia ikut berproses mengindonesia dan menjadi alat bukti teks dalam metode triangulasi.
Kemarin Mbak Tami minta responku. Aku glagepan karena pahami kerumitan yang terjadi. Hingga pagi ini kanon literasi terus kupikir.
Kanon literasi bisa menjadi pegangan kita berliterasi. Lembaga pengusungnya antara lain Satupena dari masyarakat sipil dan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan yang bertebaran di banyak kota di Indonesia. Bagiku ruang literasi tidak hanya sekedar berisi produksi buku saja.
Buku yang diproduksi tanpa standar mutu dan etik, tidak akan bermakna. Malah menambah berisik ruang publik kita. Bintang penuntun itu harus ada dan kanon literasi adalah konsepnya.
Baca Juga: Inilah Klasemen Sementara Liga Inggris Usai 3 Laga Tunda di Pekan ke 28 Selesai Dimainkan