DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Capitalism Without Capital: Ekonomi Tidak Berwujud yang Tumbuh

image
Buku Capitalism Without Capital

Saat ini, aset tidak berwujud, seperti perangkat lunak, kemampuan penelitian, branding, atau pertumbuhan organisasi, memperhitungkan nilai yang mendasari organisasi seperti Microsoft, Apple, Google, atau bahkan Starbucks.

Ini penting karena bisnis yang didasarkan pada aset tidak berwujud bertindak berbeda dari mereka yang bergantung pada barang berwujud. Mereka dapat memperluas dan meningkatkan skala lebih cepat, sebagai permulaan.

Selain itu, mereka lebih berisiko bagi investor dan lebih mudah dimanfaatkan oleh saingan. Kedipan ini mengkaji masa kini dan masa depan ekonomi tidak berwujud.

Ringkasan ini akan mengajari Anda: Fitur investasi yang tidak berwujud; mengapa tidak berwujud adalah aset sejati Starbucks; mengapa, melarang intervensi pemerintah, ekonomi tidak berwujud dapat menghasilkan lebih sedikit investasi.

Baca Juga: Bermain 9 Orang, PSM Makassar Lolos ke Final Zona ASEAN AFC Cup 2022 Usai Kalahkan Kedah Darul Aman

Ekonomi kita semakin berpusat pada aset tidak berwujud daripada aset berwujud.

Selama ribuan tahun, mengukur, menghitung, dan menetapkan nilai untuk barang-barang aktual dan nyata seperti bangunan, mesin, atau komputer telah menjadi langkah kunci dalam menentukan nilai perusahaan, komunitas, atau bahkan suatu bangsa.

Namun, para ekonom sekarang mengejar kenyataan baru. Nilai aset tidak berwujud, atau hal-hal yang tidak dapat kita lihat atau sentuh tetapi tetap berharga, meningkat dalam perekonomian.

Bayangkan diri Anda di supermarket tahun 1970-an untuk merasakan signifikansi ekonomi yang tidak berwujud yang semakin besar. Mengingat bahwa toko tidak banyak berubah secara fisik selama 50 tahun sebelumnya, Anda mungkin tidak akan merasa terlalu tidak pada tempatnya.

Baca Juga: Ini Alasan Anak Muda Zaman Sekarang selalu Ingin Healing

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait