Capitalism Without Capital: Ekonomi Tidak Berwujud yang Tumbuh
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 11 Agustus 2022 11:02 WIB
ORBITINDONESIA - Sebuah buku tahun 2017 berjudul Capitalism Without Capital mengkaji semakin pentingnya ekonomi tak berwujud.
Untuk pertama kalinya, mayoritas negara industri sekarang berinvestasi lebih banyak dalam aset tidak berwujud seperti perangkat lunak dan kapasitas R&D daripada di aset fisik yang sebenarnya seperti pabrik dan mesin. Itu dinyatakan di Capitalism Without Capital.
Menurut Capitalism Without Capital, hal-hal yang tidak berwujud ini sangat berguna namun tidak memiliki rekan fisik. Ke depan, mengkaji karakteristik tren ini serta bagaimana pengaruhnya terhadap bisnis, ekonomi, dan kebijakan publik.
Baca Juga: Barbarians at the Gate, Kisah Kematian Perusahaan RJR Nabisco
Jonathan Haskel adalah seorang profesor ekonomi di Imperial College Business School di London dan anggota Komite Kebijakan Moneter Bank of England.
Sebelumnya direktur lembaga think tank sains dan inovasi NESTA, Stian Westlake sekarang menjadi konsultan untuk menteri pendidikan tinggi, sains, penelitian, dan inovasi pemerintah Inggris.
Ekonomi kita secara tradisional didasarkan pada produksi dan konsumsi barang-barang berwujud, seperti biji-bijian, emas, dan segala sesuatu di antaranya.
Namun, seiring berkembangnya ekonomi modern, paradigma sebelumnya tidak lagi berlaku. Investasi dan aset paling signifikan dalam perekonomian kita menjadi lebih immaterial atau non-fisik.
Baca Juga: KH Maimoen Zubair: Rahasia di Balik Tanggal, Bulan dan Tahun Kemerdekaan Indonesia