PilPres 2024 dan Barisan Sakit Hati
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 25 April 2023 19:50 WIB
Saat orang baik yang kita dukung punya pendirian, di situlah harusnya kita bangga bahwa yang kita dukung bukanlah boneka.
Petugas partai? Itu sekedar istilah bahwa semua kader parpol adalah petugas partai.
Para Capres yang ada saat ini semua petugas partai, kecuali seseorang yang tidak jelas kader partai mana tapi diusung sebagai capres pada Oktober 2022 lalu.
Kader berasal dari bahasa Yunani artinya bingkai, sedang dalam konteks politik berarti orang-orang yang dibina dalam sebuah organisasi dengan visi dan misi tertentu.
Baca Juga: Kisah Hikmah: Perdebatan Antara Keledai dan Harimau
Semua kader adalah petugas partai politik. Entah ditugaskan di DPR, DPRD, MPR, atau di eksekutif termasuk sebagai kepala daerah dan kepala negara/kepala pemerintahan.
Tidak perlu merasa iritasi dengan istilah ini.
Selama parpol tersebut berpegang pada konstitusi NKRI maka para kadernya akan menjalankan visi misi parpol yang selaras dengan konstitusi NKRI.
Setiap parpol bisa punya pandangannya sendiri pada visi misi-nya, yang terpenting Pancasila dan UUD45 tetap jadi pedoman haluan tertinggi (istilahnya weltanschauung).
Bila PKS punya visi misi membela palestina, PDIP punya visi misi menentang Zionisme Israel, selama mereka tetap pegang Pancasila dan UUD45 sebagai konstitusi, maka kita harus bisa menerimanya dalam dunia demokrasi.
Baca Juga: Tersisa Cawapres dan Duo Tajir: Erick Thohir dan Sandiaga Uno
Pertanyaan Saya tetap sama, apakah dengan sakit hati atas sikap yang kita dukung lantas kita dengan mudah mengalihkan dukungan kepada mereka yang rekam jejaknya belum tentu baik?
Kita memilih presiden ini bukan untuk sekedar 5 tahun, tapi untuk masa depan NKRI.
Jokowi sudah meletakkan pondasi pembangunan NKRI sehingga dalam hampir 10 tahun ini kita maju (sudah 30 bulan berturut turut neraca dagang kita surplus terus, ekspor lebih besar daripada impor), infrastruktur dan perbaikan terus dikerjakan dengan total.