Diskusi Satupena, Denny JA: Karya Seniman Perempuan Sejak Dulu Sering Diabaikan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 30 Juni 2022 20:58 WIB
ORBITINDONESIA - Dunia seni selama ini disalahartikan. Dunia seni acapkali didefinisikan tergantung pada karya-karya seniman kaum pria di Eropa sana.
Padahal kaum perempuan juga sudah lama berkarya dan mewarnai dunia seni.
Ada ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang bias gender selama ini dalam mendefinisikan dunia seni.
Hal itu diungkapkan Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA, dalam diskusi di Jakarta, Kamis 30 Juni 2022 yang mengulas kebangkitan perempuan dalam dunia seni.
Narasumbernya adalah penulis dan Direktur Cemara 6 Galeri, Inda Citraninda Noerhadi.
Denny mengutip jurnalis Amerika, Gloria Steinem, yang juga seorang aktivis hak-hak kaum perempuan.
Steinem mengkritik suasana dunia seni, bukan cuma di Eropa tetapi juga di Amerika Serikat. Dunia seni tidak jarang melihat para seniman perempuan secara tidak setara.
Denny menuturkan, ada lukisan di batu dalam gua-gua dari era prasejarah, sejak 12.000 tahun lalu. Menurut antropolog, sebanyak 75 persen dari lukisan jenis ini dibuat oleh kaum perempuan. Berarti, keterlibatan perempuan dalam dunia seni sudah lama sekali.
Ketika di zaman prahistoris itu, kaum laki-laki sedang pergi berburu dan mencari makanan, kaum perempuan tinggal di gua-gua.
“Mereka punya banyak waktu luang untuk berkreasi di dunia seni,” ujar Denny.
Namun, sejak dulu kala sampai abad ke-19, peran kaum perempuan di dunia seni diabaikan dan tidak banyak ditonjolkan.
Ada juga karya seniman perempuan yang diatribusikan sebagai karya seniman laki-laki.
“Bahkan kumpulan karya-karya berkualitas di dunia Barat juga mengabaikan peran seniman perempuan, karena isi western canon itu umumnya karya seniman kaum laki-laki,” ujar Denny. ***