Diskusi Pemikiran Denny JA tentang Agama di Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 18 April 2023 09:52 WIB
“Hasil riset seperti ini kan sebenarnya penting, pertama untuk introspeksi apa yang salah dengan cara beragama kita selama ini, dan kedua penting bagi pengembangan peran agama itu sendiri di masyarakat,” jelas Idris.
Sementara itu Irfan Abu Bakar menambahkan bahwa tidak ada masalah ilmuwan sosial seperti Denny JA memasuki wilayah agama yang selama ini seakan hanya monopoli para ulama dan sarjana UIN.
Terlebih lagi, ujarnya, Denny JA membawa pendekatan baru studi agama melalui pendekatan kuantitatif.
Dua Kecenderungan Ekstrem
Sebelumnya, dalam pemaparan bukunya, Gaus mengajak peserta diskusi untuk memperhatikan kritik Denny JA terhadap dua kecenderungan ekstrem:
Pertama, pendekatan tekstual yang menjadikan agama sejenis konstitusi ruang publik yang memaksa orang dengan tafsir tertentu.
Kedua, pendekatan yang sama sekali mengabaikan harta kartun agama. Padahal, saat ini terdapat 4300 agama yang apabila diperlakukan sebagai warisan kultural milik bersama akan menambah kekayaan spiritual umat manusia.
Banyaknya agama di dunia ini, menurut Gaus, bukan membuktikan bahwa manusia membutuhkan banyak agama. Ia hanya menunjukkan bahwa manusia yang berbeda-beda membutuhkan agama yang berbeda-beda.
Sebab tidak mungkin kita membayangkan semua orang di berbagai belahan dunia memeluk agama yang sama. Sedangkan bahasa mereka berbeda. Budaya mereka berbeda. Ras dan bangsa mereka berbeda.
Setiap pemeluk agama misi seperti Islam dan Kristen, lanjut Gaus lagi, terdorong oleh imannya untuk menyebarkan agama mereka kepada sebanyak mungkin orang.