MUDIK, Sebuah Perjalanan Rindu
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 17 April 2023 06:57 WIB
Ia "marani" (mendekati) dengan seluruh daya dari tempat "sangkan"nya.
Itulah hakikat MUDIK, perjalanan penuh rindu untuk marani sangkannya.
Manusia akan pekat rasa kangennya dengan tempat di mana ia dilahirkan, tempat di mana ia dibuai dan dibesarkan bundanya, tempat yang diharap untuk kelak ia menutup mata.
Sesudah puasa kalau tidak ada batasan pemerintah, akan terjadi peristiwa PERJALANAN RINDU itu, perjalanan mudik menuju Sangkan Paraning Dumadinya.
Tempat di mana ia akan mencium bau tanah kelahirannya dan meminum air kehidupannya. Akan dilakukan segala upaya, nyaris tidak peduli resiko apapun, agar bisa mudik ke kampung halaman.
Ia akan sujud dan rebah di pangkuan ayah bundanya kalau mereka masih hidup. Atau kalau sudah wafat, akan berdoa dengan airmata kangen yang pekat di pusara mereka.
Akan terjadi satu peristiwa saling memeluk dan saling mencium sesama sanak keluarga. Sebagai ekspresi cinta dahsyat dari makhluk mulia yang namanya manusia.
Dalam pendekatan spiritual kita yang kini sedang mengembara di dunia, pasti akan pulang ke kampung halaman akhirat. Kembali ke pangkuan Allah Sang Maha Cinta.
Satu saat kelak rindukah kita ketika tiba saat kita pulang ke "rumah sejati"? ***