DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

DR HM Amir Uskara: Buya Syafii dan Mbah Moen

image
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI DR HM Amir Uskara tentang Buya Syafii dan Mbah Moen.

Keputusan parlemen RIS menyetujui Indonesia kembali menjadi NKRI, sangat mengejutkan Belanda. Tapi Nederland tak berkutik. Karena proses perubahan dari RIS ke NKRI dilakukan secara sah dan demokratis melalui parlemen.

Jika Belanda menentangnya, ia akan "digebrak dan dimarahi" Sekutu yang saat itu sedang getol-getolnya mengampanyekan demokrasi di dunia.

Di era reformasi, pasca jatuhnya rezim otoriter Orde Baru -- kebebasan berpendapat menguar seperti suara kodok di musim hujan. Tak sedikit elit politik mengusung gagasan pembentukan negeri khilafah yang berlandaskan Islam.

Pancasila dianggap ideologi yang bertentangan dengan Islam. Kaum fundamentalis Islam yang anti-Pancasila mendapat angin. Era reformasi seperti membuka akses politik untuk menyuarakan ideologi Islam transnasional yang anti-Pancasila.

Baca Juga: Mereview Pemikiran Denny JA tentang Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama

Dalam kondisi seperti itulah, tampil KH Maimoen Zubair, tokoh politik dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Mbah Moen secara tegas menyatakan, Islam dan Pancasila tidak bisa dipisahkan. Karena Islam dan Pancasila berada dalam satu tarikan nafas

Publik terkejut. Kagum atas pernyataan Mbah Moen. Rakyat Indonesia pun mendukung pernyataan sesepuh partai Islam PPP tersebut. Dampaknya luar biasa.

Gerakan politik pro-ideologi Islam transnasional di Indonesia layu sebelum berkembang. Itulah jasa besar Mbah Moen dalam mengawal NKRI dan Pancasila.

Dari perspektif perjuangan untuk menegakkan NKRI dan Pancasila, maka Buya Syafii berada dalam satu barisan dengan Mbah Moen. Keduanya tokoh besar Islam yang nasionalis. Keduanya santri. Santri Muhammadiyah dan santri NU. ***

Halaman:

Berita Terkait