Esthi Susanti H: Simpati dan Empatiku Pada Bahai
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 14 April 2023 18:50 WIB
Ada perjumpaan yang serius ketika membaca buku "Tujuh Lembah". Buku ini aku jadikan alat refleksi terhadap perjalanan spiritual.
Refleksi ini memberi bantuan pengarahan. Aku terbiasa berpikir prosesual dengan kerangka pikir psikologi perkembangan yang mengenal fase-fase tumbuh kembang.
Pemahamanku meningkat lagi ketika diajak mempelajari tentang roh. Aku semakin memahami paradigma berpikir agama ini. Paradigma yang menarik karena titik tolaknya dari spiritual sebagai hal ideal yang harus dicapai. Agama ini memberi tuntunan operasional seperti di bidang perkawinan.
Baca Juga: PENAK TENAN! Warga Jawa Tengah yang Merantau di Sumatra Mudik Gratis Bersama Ganjar Pranowo
Ketika mempelajari dunia roh ini dalam dialog, ada percakapan serius sekaligus tawa. Aku banyak tertawa karena diri serasa ditelanjangi oleh hal ideal yang dituntut.
Kesempatan bertemu ajaran Bahai dari sumber primer, memungkinkanku bisa bangun pengetahuan tentangnya di Indonesia.
Moga-moga ada buku yang aku tulis tentang agama ini dalam konteks spiritual, psikologi dan sosiologi. Dengan cara ini juga maka akan berinteraksi dengan menggunakan diksi yang nyambung dan sampai ke hati masing-masing. Dialog antar iman terjadi karena ada kesalingan. ***
(Oleh: Esthi Susanti H.)