Bagaimana Kalau Tarif Kendaraan Umum Menjadi Nol Rupiah
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 13 April 2023 12:05 WIB
Angka di atas memperlihatkan betapa Jakarta terlalu sesak. Berapa idealnya jumlah kendaraan di jalan raya? Saya tidak tahu. Tapi kondisi jalanan yang tidak macet di Jakarta adalah malam hari. Dalam guyonan Cak Lontong mengatakan: Jakarta tidak macet pukul 2.00 malam.
Ada benarnya guyonan Cak Lontong. Jakarta tidak macet ketika kendaraan milik pribadi sudah dikandangin di garasi mobil.
Nah, sekarang kita dapat simpulkan bahwa Jakarta tidak macet jika kendaraan jangan terlalu banyak berada di jalanan. Tapi lebih banyak di garasi atau tempat parkir saja.
Baca Juga: 15 ucapan Selamat Idul Fitri 2023 yang Menyentuh Hati, Apik Dikirim untuk Keluarga dan Saudara
Satu-satunya jalan agar warga Jakarta meninggalkan mobil pribadinya di rumah adalah dia mendapatkan alat transportasi yang nyaman, tepat waktu, dan tidak membebani keuangan warga. Terutama para pemilik kendaraan bermotor.
Para pemilik sepeda motor berpikir, uang yang dikeluarkannya jauh lebih sedikit jika dia menggunakan sepeda motor untuk beraktivitas, cepat, dan tidak banyak rewel. Dengan membeli bensin Rp 10.000 dia bisa berpergian selama satu sampai tiga hari di Jakarta.
Sementara itu, jika dia naik Transjakarta, bisa Rp40.000 sehari, berikut biaya ojol ke PP ke halte transjakarta. Jadi, sebulan dia bisa menghabiskan sekitar Rp1 juta untuk transportasi saja. Jumlah yang besar bagi orang yang berpenghasilan UMR.
Jika dia memilih MRT biaya yang akan dikeluarkannya lebih banyak lagi. Bisa Rp58 ribu per hari, berikut ongkos ojol PP ke Stasiun MRT terdekat.
Baca Juga: 15 Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 2023 Yang Penuh Makna Bisa Dikirim untuk Siapapun
Jadi, gagasan manajemen Tije ingin menaikkan harga tiket Tije, hanya akan berakibat meningkatkan kemacetan di Jakarta.