Ketika Menari Bisa Begitu Mematikan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 23 Agustus 2022 13:27 WIB
ORBITINDONESIA - Apa yang pertama terlintas di benak Anda jika mendengar kata "menari"? Bisa jadi yang Anda pikirkan adalah bentuk seni yang menunjukkan tubuh yang meliuk dengan gemulai serta indah, seirama dengan lantunan musik yang mengirinya.
Namun pernahkah Anda terpikir bahwa menari mematikan? Itulah yang pernah terjadi dalam penggalan sejarah di Eropa. Tepatnya di Kota Strasbourg, Prancis pada Juli 1518.
Seorang penulis sekaligus sejarawan kedokteran dari Michigan State University bernama John Waller membawa gambaran mengenai apa yang disebut sebagai "wabah menari" itu ke dalam bukunya.
Baca Juga: Jaga Ketahanan Pangan Nasional, Jokowi Isyaratkan untuk Hati-Hati Ekspor Beras
Buku itu berjudul A Time to Dance, A Time To Die: The Extraordinary Story of the Dancing Plague of 1518, yang terbit pada 2009.
Bermula pada suatu hari di musim panas yang terik di bulan Juli 1518, seorang wanita bernama Frau Troffea melangkah ke alun-alun di Strasbourg dan mulai menari.
Pada awalnya orang di sekitarnya hanya menonton. Mereka terusik dengan rasa ingin tahu dari tampilan publik yang tidak biasa ini: wanita menari tanpa musik dan tanpa henti.
Wanita itu menari bukan dalam hitungan menit atau jam, melainkan hari. Dia menari selama hampir satu minggu. Kadang-kadang dia jatuh karena kelelahan.
Baca Juga: Keluarkan SE, Mendagri Tito Minta Kepala Daerah Kendalikan Inflasi dengan APBD
Tetapi dia seakan tidak kuasa mengendalikan tubuhnya sendiri dan terus membuat gerakan menari. Wanita itu pun melawan peringatan dari raganya yang lelah, sakit, lapar dan bahkan malu.