Perjalanan Kesuksesan Man City di Eropa Berawal Dari Banyaknya Momen Pahit, Bahkan Sejak Masa Sheikh Mansour
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 13 Juni 2023 20:07 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Manchester City alias Man City baru saja menasbihkan diri sebagai klub terbaik di level kompetisi Eropa dengan sukses meraih treble winner di musim 2022/2023.
Kesuksesan Man City meraih treble winner atau menjuarai tiga kompetisi berbeda dalam satu musim yang sama bukanlah sesuatu yang dapat terwujud dalam waktu singkat.
Bahkan sebelum masuknya Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan sebagai pemilik baru The Citizens pada tahun 2008, klub yang bermarkas di Kota Manchester tersebut bisa dikatakan tim medioker.
Baca Juga: Guyon Guardiola, Manchester City Bisa Raih Lebih Banyak Trofi Liga Champion Milik Real Madrid
Namun di bawah kepemilikannya, Manchester City kini menjelma menjadi tim yang mampu meraih kesuksesan yang signifikan dengan memenangkan banyak gelar di level domestik dan internasional.
Sejak 15 tahun dari proses akuisisi Mansour, klub yang dikepalai oleh Pep Guardiola tersebut kini sudah bertransformasi dari tim papan tengah, menjadi klub yang disegani di Inggris bahkan Eropa.
Namun, kesuksesan yang kini dinikmati para pendukung klub yang didominasi warna biru langit itu pun bukanlah sesuatu yang didapatkan dalam waktu semalam.
Baca Juga: Pep Guardiola Targetkan Sextuple Bersama Manchester City
Melainkan lewat perjuangan para pemain serta pelatih yang bisa dikatakan cukup berdarah-darah dan menguras air mata.
Di awal masa kepemilikan Mansour, Man City tak lantas langsung berjaya, bahkwn perlu waktu setidaknya tiga musim hingga mereka akhirnya bisa memetik buah manis di Liga Inggris.
Gebrakan paling mentereng yang pernah dibuat oleh Man City adalah ketika sukses menyabet trofi Premier League di musim 2011/2012.
Baca Juga: Sejarah Tercipta, Pep Guardiola Antarkan Manchester City Raih Treble Winner di Musim 2022 2023
Sebuah kemenangan yang begitu dramatis dan sangat berkesan bagi para penggemar Manchester City setelah menjalani musim yang sangat ketat diantara klub-klub papan atas di dataran Inggris.
City berhasil mengalahkan rival sekota mereka tepat diakhir musim kompetisi, setelah mengalahkan Queens Park Rangers dengan skor 3-2 di waktu tambahan babak kedua.
Kala itu Sergio Aguero sukses menjadi pahlawan bagi Man City lewat sebuah gol yang mampu membawa kemenangan bagi The Citizens.
Baca Juga: Berikut Ini Jadwal Tur Pramusim Manchester City di Jepang dan Korsel Juli Mendatang
Kemenangan ini mengamankan gelar untuk Manchester City, yang finis dengan poin yang sama dengan Manchester United tetapi menang dengan selisih gol.
Kejutan pun kembali dilakukan Manchester City pada musim 2013/2014, yang membuktikan kalau Man City bukan one season wonder.
Mereka juga sempat meraih sederet trofi di kompetisi domestik lain, yang menegaskan kalau Man City telah berubah menjadi ancaman baru di Premier League.
Baca Juga: Kalahkan Inter Milan di Final Liga Champions, Manchester City Raih Treble Winner
Trofi Piala FA pada musim 2010/2011, serta trofi Piala Liga pada musim 2013/2014 dan musim 2014/2015, juga berhasil diraih Man City.
Namun, ada masa-masa ketika Man City limbung, dan mereka bahkan tak meraih satu trofi pun di beberapa musim yang mereka jalani.
Sampai akhirnya, dahaga trofi itu berhenti pada musim 2016/2017. Selepas musim itu, Man City menjelma menjadi tim yang sangat luar biasa.
Baca Juga: Manchester City Hattrick Juara Liga Inggris, Bersiap Treble Winner untuk Piala FA dan Liga Champions
Sebelum mengalami kesuksesan di musim 2016/2017, sebenarnya sudah banyak investasi yang Man City lakukan khususnya di bidang pemain.
Pertama, mereka membentuk Elite Development Squad (EDS), sebagai akademi tempat mereka menelurkan bintang-bintang muda.
Pada musim 2013/2014, Man City membentuk sebuah konsorsium besar bernama City Football Group Limited.
Baca Juga: Manchester City Pastikan Diri Juara Liga Inggris Sebelum Taklukkan Chelsea di Etihad Stadium
Konsorsium inilah yang jadi sumber besar pendanaan Manchester City, sekaligus juga jadi ladang dalam pencarian pemain-pemain bertalenta.
Berbagai kebijakan di bawah kepemilikan Sheikh Mansour inilah yang membuat The Citizens perlahan menjadi salah satu klub terbesar di dunia.
Perubahan mereka pun kian komplit seiring kehadiran Pep Guardiola pada musim 2016, pria asal Spanyol inilah yang menyuntikkan mental juara di skuad The Citizens.
Baca Juga: Kekalahan Arsenal Atas Nottingham Forest Pastikan Gelar Juara Liga Inggris Bagi Manchester City
Dengan keuangan yang lebih teratur, plus hadirnya Guardiola yang sudah matang bersama Barcelona dan Bayern Munich, Man City mulai berbenah.
Mereka berinvestasi tidak cuma pada bintang, tetapi juga pada bakat-bakat muda, dan EDS perlahan mulai menghasilkan talenta yang bisa diandalkan tim utama, salah satunya Phil Foden.
Selain itu, manajemen klub pun turut diperkuat, dengan melakukan renovasi pada markasnya dan mengubah nama kandang menjadi Etihad Stadium.
Baca Juga: Final Liga Champions Pertama Bagi Erling Haaland, Manchester City Lolos Usai Perdayai Real Madrid
Dengan membenahi hal-hal di luar lapangan, Guardiola pun dengan enak mampu mengatur apa saja di dalam lapangan.
Dia memadukan kemampuan para bintang di skuad, dengan pemain muda yang naik kelas dari akademi.
Guardiola juga tak jarang melakukan bongkar pasang skuad, ketika ada pemain-pemain yang dinilai berpotensi memperkuat atau malah menghancurkan tim.
Baca Juga: Manchester City Menang Besar, Real Madrid Jadi Ayam Sayur di Etihad Stadium
Hasilnya? Deretan trofi mulai memenuhi lemari piala meeka, plus gelar Liga Champions 2022/2023 sukses diraih sebagai penyempurna treble winner mereka.
Tentu ini bukan hanya hasil dari sulap dalam semalam atau proyek candi yang sering diceritakan dalam dongeng kepada anak-anak Indonesia.
Lewat ragam transformasi dan investasi, Man City memantapkan diri sebagai tim yang tak tersentuh musim ini.
Namun yang menjadi pertanyaan kelak adalah, mampukah mereka mempertahankan kelasnya sebagai klub besar dengan berbagai prestasi.
Dengan transformasi dan investasi tanpa henti dalam beberapa tahun terakhir, Man City pun mendapatkan kelasnya.
Mereka mampu menyejajarkan diri, bahkan melampaui tim-tim tradisional Inggris dan Eropa.
Namun, membentuk kelas yang permanen, tentu membutuhkan kerja keras jangka panjang.
Selepas meraih trofi Liga Champions 2022, perjuangan Manchester City belum selesai. Ada kelas yang harus mereka pertahankan.
Jika ini sukses dilakukan, tentu dengan berbagai transformasi serta konsistensi, Man City akan mendapatkan kelasnya, mereka pun bakal jadi poros baru di Manchester, Inggris, dan Eropa.***
Kamu bisa mendapatkan beragam informasi dan artikel lainnya dari OrbitIndonesia.com di Google News.