Tokoh yang Dimunculkan Jadi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta di 2024 Makin Ramai, Persaingan akan Ketat
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 29 Agustus 2022 07:28 WIB
ORBITINDONESIA – Kompetisi pemilihan gubernur DKI Jakarta 2024 bakal ketat setelah beberapa tokoh dimunculkan untuk berkompetisi.
Setelah potensi Gibran Rakabuming Raka, Erick Thohir, Tri Rismaharini, Hendrar Prihadi, Ahmad Riza Patria, Ahmad Sahroni, Emil Dardak, Nusron Wahid, Ridawan Kamil, dan Sandiaga Uno, kali ini muncul Ahmed Zaki Iskandar yang muncul.
Ahmed Zaki Iskandar adalah Ketua DPD Partai Golkar yang didorong maju menjadi bakal calon presiden oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Baca Juga: Erizeli Bandaro Membahas Pernyataan Mahfud MD dan Komaruddin Simanjuntak
Pemetaan bakal calon gubernur DKI Jakarta pun makin dinamis. Kalau melihat dari dinamika koalisi menjelang pemilihan presiden kali ini, bakal calon gubernur pun akan terjadi tidak jauh berbeda.
Ada poros Koalisi Indonesia Bersatu (Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pemebangunan), poros Partai Gerindra-PKB, poros PDI Perjuangan, dan poros yang belum terbentuk Nasdem, PKS dan Partai Demokrat.
Minimal nanti bakal ada tiga pasang calon bakal muncul di DKI Jakarta. Selain PDI Perjuangan, partai politik lain harus membangun koalisi agar bisa mencalonkan jago mereka.
Untuk bisa mencalonkan jagonya di DKI Jakarta, partai politik atau gabungan partai politik harus memilii sedikitnya 20 persen dari jumlah kursi di DPPR DKI Jakarta yang berjumlah 106 kursi atau 25 persen dari akumulasi suara sah pemilihan umum.
Baca Juga: I Wayan Wiasa: Meski Ada Perang di Ukraina, Turis Rusia dan Ukraina Masih Datang ke Bali
Jadi untuk bisa mencalonkan menjadi gubernur DKI Jakarta, partai politik atau gabungan partai politik minimal harus memiliki 22 kursi di DPRD DKI Jakarta.
Komposisi anggota DPRD DKI Jakarta adalah: PDI Perjuangan 25 kursi, Partai Gerindra 19 kursi, PKS 16 kursi, Partai Demokrat 10 kursi, PAN 9 kursi, PSI 8 kursi, NasDem 7 kursi, Golkar 6 kursi, PKB 5 kursi dan PPP 1 kursi.
Jika melihat komposisi tersebut, Koalisi Indonesia Bersatu belum bisa mencalonkan Ahmed Zaki Iskandar, karena jumlah kursi mereka baru 16 kursi (Golkar 6, PAN 9, dan PPP 1). Mereka harus menggandeng partai politik politik lain.
Koalisi Gerindra dan PKB memiliki 25 kursi, sehingga sudah cukup mencalonkan jaginya menjadi gubernur DKI Jakarta.
Baca Juga: Orang yang Betul Berilmu Justru Merasa Bodoh Karena Menyadari Begitu Luasnya Ilmu Allah
Sedangkan PKS, Nasdem, dan Demokrat juga bisa mencalonkan sendiri, karena jumlahnya 33 kursi.
PDI Perjuangan bisa mencalonkan sendiri jago mereka untuk bertarung. Namun, PDI Perjuangan tidak mungkin bertarung sendiri, karena terlalu berisiko.
PDI Perjuangan kemungkinan akan menggandeng partai politik lain untuk bergotong royong membantu mereka memperluas basis pendukung.
Untuk bisa menjadi gubernur DKI Jakarta, pasangan calon harus memenangkan suara minimal 50 persen plus 1 dari jumlah suara sah.
Baca Juga: Akaha Taufan Aminudin: Dalam Lipatan Perut Yogyakarta
Jika PDI Perjuangan nekat bertarung sendiri maka akan sulit memperoleh kemenangan sampai 50 persen plus 1.
***
Menjadi gubernur DKI Jakarta sangat diinginkan oleh semua tokoh, karena ini menjadi pijakan untuk naik ke kepemimpinan nasional.
Dengan menjadi gubernur DKI Jakarta, seseorang akan menguasai sumber daya paling besar, memiliki liputan luas sehinga popularitas dan elektabilitasnya secara nasional akan naik.
Untuk memenangkan pemilihan gubernur DKI Jakarta tidaklah mudah bila berkaca dari pemiihan tahun 2019. Sentimen suku dan agama tidak bisa dihindari, karena Jakarta dihuni oleh elemen-elemen yang kuat memegang sentimen identitasnya.
Baca Juga: Jusuf Mahdi: Bangkit Lebih Kuat, Bukan Hanya Slogan Tanpa Makna
Dari unsur suku, kelompok-kelompok paguyuban kedaerahan akan memberi pengaruh besar mengingat penduduk Jakarta sebagian besar adalah pendatang. Ada paguyuban Betawi, paguyuban Banten, Sunda, Jawa, Makassar, Tionghoa, dan Minang.
Dari unsur identitas agama juga tak kalah besarnya dalam mempengaruhi pemilih. Inilah yang terjadi pada pemilihan gubernur tahun 2019.
Jadi, tokoh yang sanggup memberi pengaruh dan diterima dari dua unsur itu, mereka punya peluang besar untuk menjadi gubernur DKI Jakarta. ***