Terlalu Fokus Pada Polusi Jakarta, Warga Marunda Alami Gatal yang Berdampingan dengan Pencemaran Batubara
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 13 Agustus 2023 20:30 WIB
ORBITINDONESIA.COM- Akhir-akhir ini fokus masyarakat dan pemerintah tertuju pada polusi udara di Jakarta yang semakin hari meningkat dan menimbulkan keresahan.
Pencemaran polusi udara yang terjadi di Jakarta ini disebabkan oleh emisi karbon yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor dan pembangkit listrik tenaga batubara.
Namun, di tengah fokus masyarakat dan pemerintah yang mencemaskan polusi udara di Jakarta, sepertinya orang-orang melupakan warga Marunda yang berdampingan langsung dengan pencemaran batubara.
Warga Marunda, Jakarta Utara menjadi masyarakat yang terkena dampak paling parah akibat pencemaran yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar batubara.
Dilansir dari akun X @GreenpeaceID, sejak beberapa bulan lalu, 63 warga Marunda di Rusunawa mengalami gatal-gatal akibat pencemaran batubara dan polusi udara.
Aktivitas keluar masuk kapal tongkang pembawa batubara serta kepulan asap dalam Kawasan Berikat Nusantara membawa polusi ke tengah kehidupan masyarakat sekitar.
Baca Juga: Peringkat Pertama Kota Paling Tercemar di Dunia, Polusi Udara di Jakarta Mulai Jadi Sorotan Media Asing
Seorang warga Marunda di Rusunawa mengatakan bahwa banyak anak kecil hingga orang dewasa yang mengalami gatal-gatal di tangan, kaki, wajah, bahkan sekujur tubuh.
Warga yang mengalami gejala tersebut sempat memeriksakan diri mereka ke puskesmas setempat dan menduga bahwa hal tersebut terjadi akibat polusi dan debu batubara.
Tak sedikit warga yang mengalami gatal-gatal parah hingga mengakibatkan kulit bagian luar mengelupas dan berdarah.
Kualitas udara sendiri memegang peranan penting terhadap kehidupan manusia, karena sangat berpengaruh terhadap kesehatan kita.
Setidaknya, ada 13 PLTU berjarak 100 km dari DKI Jakarta yang menyumbang salah satu polusi udara terbesar di Jakarta selain kendaraan bermotor.
Berdasarkan data alat pemantau kualitas udara, Marunda sudah melewati ambang batas udara yang layak menurut WHO.
Kandungan PM 2.5 dalam udara di Marunda dapat memicu ISPA (infeksi saluran pernafasan), penyakit jantung gatal, iritasi kulit, hingga penyumbatan darah di otak.
Parahnya lagi, mayoritas warga Rusunawa Marunda yang merupakan korban penggusuran awalnya dijanjikan tempat tinggal yang layak dan bersih oleh pemerintah.
Nyatanya, mereka harus berhadapan langsung dengan kawasan industri yang sangat tidak layak huni secara kualitas udara dan lingkungan.
Baca Juga: Pasuruan Bersholawat, Habib Syech Doakan Erick Thohir
“Kami digusur dan dipindahkan pemerintah ke sini, tapi disini malah merasakan debu batu bara,” ucap Cecep Supriyadi warga Rusunawa Marunda.
Menurutnya, warga pun tidak tahu akan dipindahkan ke tempat tersebut yang jaraknya sangat dekat dengan PLTU.
“Saya enggak tahu kenapa kami dipindahkan dekat dengan industri yang seharusnya jauh dari pemukiman,” lanjut Cecep.
Menurut Greenpeace Indonesia, seharusnya pemerintah DKI Jakarta segera menemukan solusi atas permasalahan yang sudah bertahun-tahun mengancam kesehatan warga Rusunawa Marunda.
Apalagi, hak atas lingkungan yang sehat dan udara yang bersih adalah hak asasi manusia yang berhak didapatkan oleh setiap orang.***