Pengamat Politik dari NTT Mikhael Raja Muda Bataona: PDIP dan PPP Punya DNA Antitesis Rezim Orde Baru
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 27 April 2023 13:09 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) Mikhael Rajamuda Bataona menegaskan, PDIP dan PPP memiliki DNA antithesis rezim Orde Baru yang dipimpin Soeharto.
Dengan begitu, deklarasi dukungan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kepada Ganjar Pranowo bukanlah sebuah kejutan besar.
Menurut Mikhael, justru apabila PPP tidak mendukung Ganjar Pranowo adalah sebuah kejutan besar.
Baca Juga: CERIA dan Sukacita, Presiden Jokowi Halal Bihalal di Rumah Megawati Soekarnoputri
"Mengapa demikian? Karena PPP itu, sejak orde baru, sudah mempunyai semacam DNA sebagai oposisi dan antitesis kekuasaan Orde Baru dan Soeharto, yang demikian otoriter, absolut, dan militeristik. Karena itu, sejarah kedua partai ini, yaitu PDIP dan PPP, adalah sebuah perekat yang sulit dilepaskan," kata Mikhael Bataona di Kupang, NTT, Kamis 27 April 2023.
Dosen Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik itu mengemukakan hal itu berkait deklarasi dukungan PPP terhadap Ganjar Pranowo, Rabu.
Menurut Mikhael, dukungan PPP kepada Ganjar adalah sebuah penegasan ideologis sekaligus historis bahwa PPP dan PDIP selalu bisa menghilangkan atau mengomunikasikan perbedaan untuk kemudian bekerja sama.
"Jadi, variabel kedekatan PPP dan PDI Perjuangan secara historis ideologis, sebagai antitesis kekuasaan Soeharto di masa Orde Baru itulah, yang membuat mereka sangat mudah mengambil keputusan untuk mendukung Ganjar," katanya.
Selain itu, tambahnya, kerja sama kedua partai itu juga sudah terjalin pada level yang sangat intim dan mesra ketika Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2001-2004 pada masa reformasi.
"Bahkan kantor kedua partai ini juga sangat dekat, sehingga secara psikologis mereka sangat dekat," kata Mikhael.
Oleh karena itu, menurut dia, dukungan PPP kepada Ganjar adalah semacam nubuat politik yang menggenapi dirinya sendiri.
"Dengan bahasa yang lebih simbolis, ini ibarat nubuat yang menggenapi dirinya sendiri," ujarnya. ***