Alex Runggeary: Soempah Pemoeda, Moeda dan Majoe
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 28 Oktober 2023 11:28 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Dalam beberapa grup WA yang saya ikuti, di antara pesertanya ada yang tak yakin dengan Gibran Rakabuming Raka.
Kebanyakan alasannya adalah masih terlalu muda dan atau itu bagian dari dinasti. Maksudnya dalam konotasi negatif.
Tidak hanya di wag saja, tetapi juga dari pengamat nasional. Bahkan saya pernah lihat daftar para tokoh terkemuka di bidangnya masing masing membubuhkan nama mereka didaftar itu sebagai pendukung suara Goenawan Mohamad, sastrawan dan pendiri majalah Tempo.
Baca Juga: Kopi Indonesia Semakin Populer di Internasional, BRI dan Pegadaian Dukung UMKM Kopi Go Global
GM menulis surat terbuka kepada Jokowi, menyampaikan rasa kecewanya. Walaupun tak menyebutkan langsung nama Gibran di sana. Tetapi siapapun yang membaca surat itu akan berkesimpulan sama.
Tidak hanya GM tetapi juga Butet Kartaredjasa, seniman asal Yogya itu, juga bahkan membaca surat kecewanya kepada Jokowi. Para ahli perguruan tinggi di bidang tertentu juga menyampaikan analisis yang tentu saja jitu, ditilik dari landasan pikiran mereka.
Tapi, apa boleh buat, apa hendak dikata, analisis data Denny JA mengatakan sebaliknya. (1) Popularitas Gibran mencapai 80 persen dari responden, (2) Penduduk Indonesia saat ini 60 persen duduk di bangku SD. (3) Para pemilih Milenial 60 persen. (4) Pemilih dengan pendidikan tinggi 10 persen.
Data Denny JA cukup rinci sampai ke faktor agama, gender, wilayah pemilihan khususnya Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan konsentrasi terbesar penduduk di Indonesia.
Baca Juga: Deretan Mobil Buatan Indonesia Terlaris di Tahun 2023, dari Daihatsu Gran Max hingga Mazda Bongo
Gibran dan Prabowo masih mendominasi sebagian wilayah itu. Seperti Jawa Barat dan Jawa Timur. Tapi memang Gibran sebagai Walikota Solo harus mampu memecah suara pemilih ke Ganjar di Jawa Tengah.
Artinya, dari segi data Gibran sangat menonjol. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh faktor Jokowi, mau ataupun tidak. Apa boleh buat!
Faktor umur, pengalaman dan kemampuan serta dinasti (konotasi negatif) menjadi tak relevan lagi ketika diperhadapkan dengan kenyataan bahwa dengan tingkat pendidikan yang rendah dari calon pemilih, mereka tak mengukur-ukur faktor penentu di atas. Mereka memilih sesuai "iklan" nya dan kemana arus air mengalir
Faktor Gibran yang masih muda. Dibimbing oleh seorang nasionalis tulen, Prabowo. Arah yang dituju Indonesia penuh harapan. Semoga!
Baca Juga: Indonesia Apresiasi dan Sambut Baik Resolusi PBB Mengenai Gaza
Bukankah dulu Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya karena dorongan para pemuda? Jauh sebelumnya 28 Oktober 1928 para pemuda meletakkan landasan Indonesia hari ini.
Selamat Hari Sumpah Pemuda, Muda dan Maju!
(Oleh: Alex Runggeary, pengamat independen)