Alex Runggeary: Sang Perkutut dan Remah Gorengan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 01 September 2023 15:17 WIB
Oleh: Alex Runggeary
ORBITINDONESIA.COM - Dalam satu grup WA di sana berkumpul orang pintar dari Papua dan dari seluruh Indonesia. Ada pula profesor dan doktor dari pelbagai perguruan tinggi.
Sekilas nampak sepertinya berkumpul para pemikir keren. Apalagi nama WAG ini keren habis. Semua masalah ada solusinya. Termasuk masalah pembangunan Papua yang tak habis didiskusikan dengan pelbagai pandangan hebat.
Kalau sudah seperti ini apa yang harus menyusahkan kehidupan ini. Yang menyusahkan adalah rakyat jelata itu menderita karena miskin. Dan kita di sini berbusa busa dengan argumen hebat.
Baca Juga: Kelas Jalan dan Jembatan Timbang Harus Jadi Perhatian Pemerintah Terkait Zero ODOL
Tapi tak bisa menerobos hambatan birokrasi pemerintah. Dan sebaliknya birokrasi pemerintah adalah seperti altar yang tak tersentuh. Maka genaplah nubuatan I.S.Kijne, "...tapi mereka tak akan memperdulikan manusianya."
Dan ternyata benar. Muncul berita menarik, di satu wilayah administratif di Papua, ada 6000 anak putus sekolah karena tak mampu bayar uang sekolah.[1] Masalah ini seperti biasanya didiskusikan sekilas saja dan dibiarkan tak bertuan. Tak bersolusi. Seperti biasanya.
Beberapa waktu sebelum ini ada pandangan yang dilontarkan anggota, "Pembangunan di Papua harus memperhatikan budaya setempat. Agar nilai nilai budaya tidak hilang." Nilai budaya seperti apa tak jelas.
Selama 20 tahun lebih bersama JDF, sepanjang waktu itu kami bekerja, tak pernah sekalipun kami berhadapan dengan kendala budaya, apapun itu.
Baca Juga: Dinilai Berkhianat, Demokrat Tunjukkan Bukti Surat Anies Baswedan Pernah Minta AHY Jadi Cawapres