DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Meski Ada Persaingan AS-China, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Mulai Mendekat ke China

image
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melakukan wawancara dengan beberapa media Rusia melalui tautan video, saat serangan Rusia terhadap Ukraina berlanjut, di Kiev, Ukraina pada 27 Maret 2022.(Reuters/HO-Kepresidenan Ukraina)

ORBITINDONESIA – Politik memang luwes dan pragmatis. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menurut laporan Newsweek, 10 Agustus 2022, mulai bermanuver dengan mendekat ke China. Meskipun dia tahu, ada persaingan dan perseteruan antara AS-China.

Volodymyr Zelenskyy tampaknya menyadari, sejumlah kalangan di AS mulai meragukan kepemimpinannya di Ukraina yang terkesan makin otoriter. Maka Zelenskyy malah menaikkan taruhannya, dengan mendekat ke seteru besar AS: Partai Komunis China.

Volodymyr Zelenskyy baru saja mengajukan imbauan ke China, dalam sebuah wawancara dengan South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong.

Baca Juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Makin Otoriter Seperti Putin, Pers Amerika Akhirnya Mengakui

Dia meminta pembicaraan langsung dengan Presiden China Xi Jinping, untuk membantu Ukraina dalam upaya perangnya, dan untuk membantu "membangun kembali Ukraina."

Dalam panggilan telepon sebelumnya dengan tokoh pemimpin China itu, Zelenskyy menawarkan Ukraina sebagai "jembatan ke Eropa" untuk China.

Jadi, mungkin karena takut bahwa komplotan elite pendukungnya di Kyiv akan segera membutuhkan “bapak baru,” Zelenskyy secara terbuka meminta bantuan dari seteru terbesar AS, yakni China.

Dengan daya tarik yang menyedihkan bagi politbiro Beijing, menurut Newsweek, Zelensky dengan tegas melepaskan segala kepura-puraan untuk berdiri tegak sebagai contoh pendukung hak asasi manusia.

Baca Juga: Bisnis Judi Online, dan Kaitannya dengan Kasus Polisi Tembak Polisi

“Zelenskyy tidak peduli berapa banyak bendera Ukraina menghiasi akun media sosial warga Amerika kaya yang berpikiran tinggi,” tulis Newsweek.

Selain itu, dalam upaya menjangkau Beijing, Zelenskyy telah meminta sokongan dari China, negara yang secara langsung mendanai perang di Ukraina melalui pembelian minyak besar-besaran dari Rusia. Ini versi pandangan Newsweek.

Dalam hal ini, Zelenskyy tanpa disadari mengungkap kegilaan negara-negara paling kuat di dunia, secara bersamaan mendanai kedua sisi perang.

Misalnya, ketika Amerika mengirim lebih dari 54 miliar dollar dari warga pembayar pajak AS ke Ukraina, sekutu AS di NATO telah mengirim hingga 1 miliar dollar per hari ke Rusia untuk membeli bahan energi Rusia.

Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Hujan Gol, Arsenal Sukses Menangi Pertandingan Lawan Leicester City

“Putin adalah seorang preman dan Zelenskyy adalah seorang otokrat yang korup. Pertempuran mereka tidak melibatkan kepentingan nasional AS yang vital,” demikian kata Newsweek.

Intervensi Presiden Joe Biden justru dianggap merugikan Amerika dan memperburuk penderitaan rakyat Ukraina, yang telah menjadi pion dalam pertempuran oligarki Laut Hitam.

Menurut Newsweek, AS harus menuntut dialog, negosiasi, dan de-eskalasi. “Jika para pihak menolak, maka inilah saatnya untuk pendekatan realisme dan pengekangan Amerika, karena ini sama sekali bukan pertarungan kita, dan Zelenskyy tentu saja bukan pejuang kita,” kata Newsweek. ***

 

Berita Terkait