Krisis Jambore Pramuka Dunia Disebut Akibat Kurang Persiapan, Pemerintah Korsel Turun Tangan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 07 Agustus 2023 20:25 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Jambore Pramuka Dunia berlangsung di Korea Selatan (Korsel) pada 2 - 12 Agustus 2023.
Kegiatan tersebut dikabarkan menjadi Jambore Pramuka Dunia dengan peserta terbesar yang pernah ada.
Hal ini karena, pada gelaran Jambore Pramuka Dunia tahun ini diikuti oleh sekitar 4.300 orang anggota Pramuka yang datang mewakili 159 negara.
Baca Juga: Gol Kenzo Nambu Bawa PSM Makassar Raih Tiga Angka Atas Persita Tangerang di Pekan ke 7 BRI Liga 1
Namun, prestasi tersebut harus tercoreng dengan kejadian banyaknya anggota Pramuka dari berbagai negara yang jatuh sakit karena cuaca panas ekstrim yang terjadi di Korsel.
Hal tersebut bisa saja menjadi aib Korsel karena gagal memberikan fasilitas yang nyaman bagi para peserta jambore, dan gagalnya panitia pelaksana untuk mengatasi masalah ini.
Untuk menanggapi masalah tersebut dan mengurangi berita yang simpang siur di berbagai negara tentang kasus ini, panitia penyelenggara dan pemerintah daerah setempat berebut untuk menanggapinya.
Baca Juga: Melihat Surga Kecil di Desa Dunu Gorontalo: Kamu Bisa Mengadopsi Tukik dan Melepasnya ke Alam Bebas
Sementara pemerintah pusat dikabarkan sudah bertindak untuk menyelesaikan masalah yang terjadi saat ini dengan memberikan pengendalian darurat terhadap segala kerusakan yang terjadi.
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol, memerintahkan jajarannya untuk segera mengirim bus ber-AC dan pasokan truk berbentuk kulkas tanpa batas ke lokasi perkemahan di Saemangeum.
Pemerintah setempat telah menggelontorkan dana sebesar $5,3 juta atau sekitar 6,9 miliar Won untuk memberikan bantuan yang bisa dilakukan.
Dana tersebut bersumber dari dana cadangan daerah setempat.
Sudah ada sekitar 130 bus ber-AC dan sekitar 50 toilet portable yang tiba di lokasi perkemahan pada hari Jumat, 4 Agustus 2023, yang bisa digunakan oleh para peserta jambore.
Selain itu, jumlah petugas kebersihan dan perawatan toilet dan kamar mandi sudah ditingkatkan menjadi minimal 700 orang.
Baca Juga: VIRAL, Billie Eilish Mengaku Kecanduan Video Dewasa sejak Kecil, Ini Efeknya
Jumlah tersebut naik 10 persen dari yang sebelumnya dikatakan sekitar 70 orang.
Pemerintah juga segera mengirim bantuan lain seperti pembasmi serangga untuk mengantisipasi serangan serangga yang membuat beberapa peserta jatuh sakit.
Pemerintah juga menggelontorkan dana tambahan untuk memberi setiap orang di lokasi perkemahan paling tidak lima botol berisi air beku, masker wajah pendingin, tabir surya, kompres es, dan pil natrium.
Baca Juga: Kumpulan Quotes Humoris dari Leonardo di Film Teenage Mutant Ninja Turtles Mutant Mayhem
Pemerintah juga mengirim sekitar 40 orang dokter ke lokasi perkemahan, serta menambah jam operasional lima buah klinik di Saemangeum hingga tengah malam untuk memberikan pertolongan pertama apabila ada peserta yang sakit.
Kementerian Luar Negeri juga saling bergabung untuk sama-sama berupaya menanggulangi krisis yang terjadi di sana pada hari Jumat, 4 Agustus 2023.
Semua Kementerian Luar Negeri segera membentuk gugus tugas darurat untuk menyampaikan kondisi terkini yang ditanyakan oleh kedutaan asing mengenai keselamatan dan kesehatan warga negara mereka.
Baca Juga: Apakah Makna Genderang Kebebasan dan Kebangkitan Gear 5 Luffy di Anime One Piece Episode 1071
Termasuk masalah ransum, sanitasi, dan penyakit kepada penyelenggara.
Kedutaan asing juga dilaporkan sedang berjuang bersama dengan panitia penyelenggara yang sedang bersusah payah menangani kasus ini.
Perdana Menteri Korea Selatan, Han Duck-soo juga menyatakan akan memberikan jaminan tambahan kepada para peserta jambore saat konferensi pers yang diadakan oleh pihak penyelenggara Jambore Pramuka Dunia pada 4 Agustus 2023.
Baca Juga: Inilah 11 Destinasi Wisata Eksotis di Manado, Anda Harus ke Sini Minimal Sekali Seumur Hidup
"Pemerintah pusat akan bertanggung jawab penuh atas manajemen keselamatan dan kelancaran acara hingga peserta jambore terakhir pergi meninggalkan Saemangeum" Kata Han Duck-soo dalam konferensi pers kepada awak media.
"Dengan Kementerian Dalam Negeri dan keselamatan di jantung, semua departemen pemerintah pusat, termasuk Kementerian Pertahanan, akan bekerja sama dengan pemerintah daerah lainnya untuk mendukung Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga dan juga pemerintah Jeolla Utara dan melakukan komunikasi dengan Organisasi Gerakan Pramuka Dunia," tambahnya.
Sebagai bagian dari janji yang disampaikan oleh pemerintah, Menteri Dalam Negeri dan Keamanan, Lee Sang-min, mendirikan perkemahan di lokasi tersebut dan akan ditempatkan di lokasi tersebut hingga enam hari untuk mengelola keseluruhan operasional.
Baca Juga: Ibnu Chuldun Beri Penghargaan kepada 11 Pegawai di Lingkungan Kanwil Kemenkumham DKI yang Purnabakti
Gubernur Jeolla Utara, Kim Kwan-young, sudah berada lebih dahulu di lokasi perkemahan sejak Kamis, 2 Agustus 2023.
Dan, akan tetap berada di lokasi tersebut hingga acara Jambore Pramuka Dunia selesai dilaksanakan.
Pemerintah Korea Selatan dikabarkan sudah menghabiskan uang sekitar 100 miliar Won untuk membuat acara tersebut.
Baca Juga: Dapat Tantangan Elon Musk, Mark Zuckerberg Akhirnya Buka Suara: Aplikasi X Bukan Platform Andal
Namun, orang-orang banyak yang bertanya, bagaimana bisa acara berjalan begitu buruk sementara anggaran yang dihabiskan sudah sangat banyak.
Para kritikus beranggapan bahwa panitia penyelenggara memiliki waktu paling tidak enam tahun untuk membuat acara tersebut.
Diketahui, bahwa Korea Selatan sudah ditunjuk menjadi tuan rumah Jambore Pramuka Dunia sejak tahun 2017.
Bahkan, anggaran yang dibutuhkan untuk membuat acara ini sudah membengkak hampir dua kali lipat yaitu sebesar 93,8 miliar Won setelah sebelumnya dikabarkan hanya memakan anggaran sebesar 49,1 miliar Won.
Web resmi milik panitia penyelenggara mengklaim bahwa tempat berkemah nantinya bisa dijadikan tempat bagi "seluruh Pramuka di seluruh dunia" sebagai tempat yang bebas untuk menyebarkan impian mereka.
Namun, banyak orang yang menyebut bahwa panitia pelaksana tidak mempersiapkan acara ini dengan baik.
Baca Juga: Minta Maaf ke Jeje Govinda, Raffi Ahmad: Untung Lu Gak Mukul Adik Gua
Orang-orang banyak menunjukkan kesalahan terbesar dari panitia adalah karena mereka memilih Saemangeum sebagai tempat berkemah.
Diketahui bahwa Saemangeum adalah sebuah tanah reklamasi yang dijadikan sebagai dataran pasang surut muara yang terbuka lebar tanpa sebatang pohon pun yang tumbuh di dataran tersebut.
Panitia pelaksana menyebutkan bahwa mereka sudah mendirikan sekitar 1.722 tenda yang dipasang mengelilingi daerah tersebut.
Baca Juga: Minta Maaf ke Jeje Govinda, Raffi Ahmad: Untung Lu Gak Mukul Adik Gua
Serta, ada sekitar 57 terowongan yang selalu menyemburkan kabut setiap saat untuk menghalau hawa panas di Saemangeum.
Namun, itu ternyata dirasa tidak cukup untuk membuat para anggota Pramuka terhindar dari kelelahan akibat cuaca panas ekstrim dan kelembaban yang terjadi di wilayah tersebut.
Belum lagi, hujan deras yang mengguyur wilayah Saemangeum pada seminggu sebelum dibukanya acara jambore, membuat dataran tersebut berubah menjadi rawa berlumpur.
Baca Juga: Gedung Olahraga Basket Indonesia Arena Akhirnya Diresmikan, Erick Thohir: Ini Megah Sekali
Kegagalan dalam menyelesaikan drainase, curah hujan yang tinggi, serta banjir yang terjadi di daerah tersebut, tepat seminggu sebelum acara jambore dimulai, menjadikan tempat tersebut sebagai habitat yang tepat bagi nyamuk dan serangga lain untuk berkembang biak.
Warga yang tinggal di sekitar Saemangeum sudah memperingatkan tentang hal ini jauh sebelum acara dimulai.
Mereka memperingati tentang bahaya yang mungkin akan terjadi pada bulan Mei dan Juni, mengingat daerah tersebut rawan banjir.
Baca Juga: Buron Sejak 2020, Polri Yakin Harun Masiku Kini Masih Ngumpet di Indonesia
Sekretaris Jenderal Panitia Penyelenggara, Choi Chang-haeng menyebutkan bahwa penyakit yang diderita oleh para anggota Pramuka adalah sebuah penyakit ringan yang tidak perlu dirisaukan.
Anggota Dewan Jeolla Utara, Yeom Young-sun bahkan menyebutkan bahwa banyak remaja di Korea Selatan menjadi orang yang sering mengeluh karena kebiasaan dari orangtua mereka yang terlalu memanjakan anak-anak mereka.
Dia juga menyebut bahwa, banyak remaja dari luar negeri yang memiliki wajah semakin cerah setelah terpapar sinar matahari.
Baca Juga: Buron Sejak 2020, Polri Yakin Harun Masiku Kini Masih Ngumpet di Indonesia
Yeom berkoar-koar melalui postingan Facebook-nya tentang persiapan pelaksanaan jambore ini.
"Menurut pandangan saya, ini adalah situasi yang bisa ditanggung sepenuhnya oleh seseorang. (Tujuan) Jambore utamanya bukan untuk liburan. Ini adalah program yang membayar untuk merasakan situasi yang sulit," kata Yeom di Facebook resmi milik Gubernur Jeolla Utara pada Kamis, 3 Agustus 2023.
Postingan tersebut akhirnya dihapus oleh Yeom lima jam setelahnya, dan disaat yang sama dia memberikan permohonan maaf kepada para siswa dan orangtua mereka.
Baca Juga: Henry Yosodiningrat Tuding Rocky Gerung Mencari Makan dengan Cara Membual
Profesor Ilmu Pariwisata dari Universitas Hanyang, Lee Hoon, menyebutkan bahwa yang lebih penting untuk sekarang adalah untuk mengupayakan keselamatan para peserta yang hadir.
"Pemerintah pusat dan daerah harus bekerja sama untuk menyelesaikan jambore ini dengan aman," kata Lee dikutip Orbitindonesia.com dari koreajoongandaily.com pada Senin, 7 Agustus 2023.
Lee juga berpendapat bahwa Korea akan sulit mendapatkan penghargaan Internasional jika krisis ini tidak segera diselesaikan.
Baca Juga: Wisuda Pegawai Kemenkumham Purnabakti, Andap Budhi Revianto: Pengabdian kepada Bangsa Belum Selesai
Dia juga berkaca pada kejadian Itaewon yang banyak menyita perhatian dunia.
"Akan sulit untuk memenangkan acara besar Internasional jika kita gagal menghadapi krisis ini. Karena, ada citra negatif (yang ditujukan kepada) keamanan korea oleh remaja asing karena Tragedi Itaewon," tambah Lee.
Profesor tersebut merujuk pada sebuah tragedi yang terjadi di Itaewon pada malam Halloween.
Baca Juga: Bangga, Studio Animasi Indonesia Ikut Dalam Pembuatan Gear 5 Luffy di Anime One Piece Episode 1071
Saat itu, banyak sekali orang yang berdesakkan memasuki sebuah gang sempit di Itaewon.
Dalam tragedi tersebut, korban meninggal dunia mencapai 159 orang, yang 26 orang lainnya merupakan warga negara asing.
"Mungkin akan ada kerusakan yang diakibatkan oleh gelombang panas yang diperkirakan akan terus berlanjut," kata Oh Ik-keun, Profesor Emeritus Pariwisata dari Universitas Keimyung, dikutip Orbitindonesia.com dari koreajoongandaily.com, Senin, 7 Agustus 2023.***