Mengenal Brigade Qassam, Sayap Hamas yang Akan dihadapi oleh Tentara Israel
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 26 Oktober 2023 20:16 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Hamas sedang menjadi pembicaraan hangat di dunia setelah sayap militer mereka, Brigade Qassam, menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.
Serangan Brigade Qassam ke wilayah Israel tersebut menewaskan sebanyak 1.400 orang warga negara Israel dan menahan lebih dari 200 orang sandera.
Otoritas Israel berjanji akan menghabisi Brigade Qassam dan Hamas yang merupakan sayap perlawanan Palestina dan sudah memerintah Jalur Gaza sejak tahun 2007.
Baca Juga: Update Perang Israel-Hamas: Tak Ada Tempat yang Aman di Gaza, Pasokan Makanan dan Bahan Bakar Menipis
Israel membalas serangan Hamas dengan melakukan pengeboman tanpa pandang bulu di seluruh wilayah Gaza dan hingga saat ini sudah menewaskan sebanyak 6.500 orang.
Sekjen PBB mengatakan bahwa serangan Israel ke wilayah Gaza yang menewaskan ribuan warga sipil tidak bersalah tersebut sebagai "pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional."
Israel tercatat telah melancarkan enam serangan skala besar di Gaza sejak pasukan militernya mundur dari wilayah tersebut pada tahun 2002.
Baca Juga: Update Perang Israel-Hamas: Pasukan Militer Israel Melakukan Serangan Darat Menggunakan Tank di Gaza
Selain itu, Pasukan Militer Israel juga telah berhasil membunuh Kepala Brigade Qassam, Ahmad Jabari, melalui serangan udara yang mereka lakukan pada tahun 2012.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang asal-usul dan pergerakan evolusi Brigade Qassam:
1. Apa itu Hamas dan kapan kelompok tersebut didirikan
Hamas merupakan singkatan dari Harakat al-Muqawama al-Islamiya. Jika diterjemahkan dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia, Hamas berarti semangat.
Baca Juga: AS: Gencatan Senjata Saat ini Hanya akan Menguntungkan Hamas
Kelompok ini didirikan oleh Syeikh Ahmed Yasin dan Ajudannya Abdul Aziz al-Rantisi sebagai kelompok cabang dari organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir pada tahun 1987.
Hamas mengakhiri hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin pada tahun 2017 ketika ribuan warga Palestina melakukan protes secara damai kepada Israel terhadap perampasan tanah dan pemukiman ilegal.
Protes damai tersebut ditolak dengan cara yang keras oleh Israel, dan membuat warga Palestina mulai menggunakan batu serta senjata ringan dalam unjuk rasa yang mereka lakukan.
Baca Juga: Hamas vs Israel: Dapatkah Sarana Teknologi Rendah Secara Efektif Melawan Kekuatan Teknologi Tinggi?
Hamas lebih menyukai perlawanan dengan menggunakan senjata untuk membebaskan Palestina dan menentang Perjanjian Oslo yang disepakati pada tahun 1993.
Hamas juga mengatakan bahwa Perjanjian Oslo digunakan oleh Israel untuk memperluas pemukiman ilegal di wilayah-wilayah yang mereka duduki sejak tahun 1967.
Pada tahun 2006, organisasi tersebut memenangkan pemilu di Gaza, namun mereka ditentang oleh Partai Fatah, yang saat itu mendominasi Gaza, dan coba untuk diusir dari Gaza.
Baca Juga: Mengulas Akar Kejutan Strategis Hamas Ketika Menyerang Israel
Setelah Hamas berkuasa di Gaza, Israel memblokade jalur darat, udara, dan laut, menyaring siapa dan apa saja yang boleh keluar masuk, dan menjadikan Gaza sebagai penjara terbuka.
2. Apa Itu Brigade Qassam
Hamas mendirikan Brigade Qassam pada tahun 1992 untuk memusatkan dan menyusun aksi militer yang sedang dilakukan oleh para militernya terhadap Israel pada tahun 1980 sampai 1990.
Menurut web resmi Hamas, nama Brigade Qassam diambil dari nama pejuang Suriah, Ezzedine Al-Qassam, yang berhasil mengusir pendudukan Inggris ketika dirinya diasingkan ke Palestina.
Baca Juga: AS Desak Israel untuk Biarkan Bantuan Kemanusiaan Masuk ke Gaza Setelah Hamas Bebaskan Sandera
Menurut para ahli, seluruh aksi dari Brigade Qassam terhadap Israel telah meningkatkan popularitas kelompok tersebut di kalangan warga sipil Palestina.
Partai Fatah tidak lagi populer karena mereka dianggap gagal untuk menghentikan pemukiman ilegal dan melanjutkan koordinasi dengan Israel. Selain itu mereka juga semakin terpinggirkan akibat politik ekstrem sayap kanan Israel.
Saat ini kelompok militer Brigade Qassam dipimpin oleh Mohammed Deif, sebagai komandan militer. Dirinya dibantu oleh wakilnya, Marwan Issa.
Baca Juga: Update Perang Israel-Hamas: IDF Kabarkan 3 Wakil Komandan Hamas Tewas
3. Seberapa kuat Brigade Qassam
Menurut CIA World Factbook, saat ini Brigade Qassam memiliki 20.000 sampai 25.000 anggota di dalamnya, akan tetapi jumlah tersebut masih diperdebatkan sampai saat ini.
Brigade Qassam sudah banyak kehilangan anggotanya dan sebagian besar sumber daya yang mereka miliki sudah habis akibat serangan udara Israel.
Penarikan militer Israel dari Gaza pada tahun 2005 dimanfaatkan oleh Hamas untuk membangun kembali saya militer mereka, dan melihat senjata yang mereka miliki sebagai alat pencegah yang penting.
Baca Juga: Apakah Israel Memiliki Perencanaan Pasca-Pertempuran Melawan Hamas di Gaza
Hamas diketahui mendapatkan pendanaan yang cukup dari Iran, sehingga disebut memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuan militer lebih canggih lagi.
4. Apa saja aktivitas militer Brigade Qassam
Menurut CIA Factbook, kelompok militer ini mendapatkan suplai senjata mereka dari Iran melalui penyelundupan, mereka juga disinyalir merakit sendiri senjata lokal.
Brigade Qassam cenderung mengandalkan roket untuk menyerang Israel dan baru-baru ini mereka juga menambahkan drone ke gudang senjata mereka.
Baca Juga: China Mendesak Israel dan Hamas Untuk Gencatan Senjata akan Melakukan Apapun Untuk Menghentikan Perang
Menurut laporan Departemen Luar Negeri AS, pada tahun 2021 Brigade Qassam melancarkan 4.400 roket dalam konfrontasi dengan Israel.
Dalam pertempuran selama 11 hari tersebut, 260 orang warga Palestina menjadi korban tewas dan sementara dari kubu Israel berjumlah 13 orang.
Laporan lain mengatakan bahwa Brigade Qassam memiliki keahlian dalam menggunakan alat peledak rakitan (IED), peluncur roket, rudal anti tank, dan mortir.
Baca Juga: Israel Bersumpah akan Menyerang Iran dan Memenggal Head of Snake jika Hizbullah Bergabung Hamas
Mereka juga sangat bergantung pada strategi dan kemampuan mereka dalam bersembunyi, memanfaatkan infrastruktur terowongan yang luas membuat pergerakan mereka tidak terdeteksi.
5. Mengapa Hamas melakukan serangan pada 7 Oktober
Hamas mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan respon terhadap pelanggaran yang terjadi di kompleks Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Mereka juga mengatakan bahwa tawanan-tawanan yang berhasil mereka tangkap akan dijadikan sebagai alat tawar menawar untuk membebaskan warga Palestina yang mendekam di penjara Israel.
Baca Juga: Serangan Darat Israel di Gaza Terjadi Ketika Kelompok Militan Hamas Bebaskan Sandera Pertama
Mohammed Deif meminta kepada seluruh negara muslim untuk bergabung bersama mereka dalam sebuah pertempuran menggunakan senjata.
"Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir di Bumi," kata Deif dikutip Orbitindonesia.com dari Aljazeera 26 Oktober 2023.
6. Apa saja kelompok bersenjata lain di Gaza
Setidaknya ada dua kelompok bersenjata lain di Gaza dan mereka menyatakan diri siap bergabung dengan Hamas untuk melakukan perlawanan terhadap Israel.
Baca Juga: Joe Biden Berencana Kunjungi Gaza Pada Momen Kritis Imbas Perang Israel dan Hamas Palestina
Yang paling utama adalah Brigade Saraya Al-Quds yang merupakan sayap militer dari Jihad Islam Palestina. Kelompok militer ini dibentuk pada tahun 1992.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Critical Threats Project, Brigade Al-Quds bertanggung jawab atas setidaknya 23 serangan roket ke arah Israel.
Yang kedua adalah Brigade Abu Ali Mustafa yang merupakan sayap militer dari The Popular Front of the Liberation of Palestine. Melalui Telegram resminya, mereka menyatakan diri siap untuk bergabung bersama Hamas.
Baca Juga: Hamas dan Israel Berperang: Update Terbaru dan Kondisi Terkini di Lokasi Pada Hari Ketujuh
Itulah beberapa hal yang perlu diketahui tentang sayap militer Hamas, Brigade Al-Quds, dan kelompok militer lain di Gaza yang akan memerangi Israel jika mereka melakukan invasi darat di Gaza.***