Lima Fakta Loji Gandrung Solo, Lokasi Ngunduh Mantu Kaesang dan Erina
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 03 Desember 2022 08:25 WIB
ORBITINDONESIA – Loji Gandrung adalah rumah dinas Wali Kota Solo yang akan digunakan sebagai tempat acara adat ngunduh mantu putra bungkus Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangrep dan Erina Gudono.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan, Loji Gandrung hanya digunakan sebagai titik awal kirab mempelai menuju Pura Mangunegaran.
Tidak hanya sebagai rumah dinas Wali Kota, Loji Gandrung juga merupakan ikon Kota Solo, berikut sejumlah fakta tentang rumah tersebut.
Baca Juga: Profil Kaesang Pangarep, Anak Bungsu Presiden Jokowi yang akan Segera Menikah dengan Erina Gudono
1. Berawal Rumah Tinggal
Sebagaimana dikutip dari laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, bangunan ini berawal adalah rumah tinggal saudagar perkebunan gula dan tuan tanah ternama di Ampel, Boyolali, Johannes Augustinus Dezentje atau akrab dipanggil Tinus.
Tinus sendiri adalah anak dari seorang pejabat militer Kolonial Belanda yang tersohor kala itu dan punya hubungan baik dengan Keraton Kasunanan Surakarta.
Loji Gandrung sendiri dibangun pada tahun 1830 setelah dirinya menikah dengan anggota Keluarga Keraton Kasunanan Surakarta bernama Raden Ayu Cokrokusumo.
Bagi Tinus, menikahi Raden Ayu adalah penikahan keduanya setelah istri pertamanya meninggal pada 1816 sesaat setelah melahirkan putra pertama mereka.
Loji Gandrung ditetapkan sebagai cagar budaya pada 3 Mei 2013 setelahnya pemerintah mulai menyiapkan bangunan wisma dua lantai di belakang Loji Gandrung sebagai rumah dinas baru Wali Kota yang mulai ditempati pada Agustus 2020.
2. Asal Nama Loji Gandrung
Rumah tinggal Tinus kala itu mirip dengan benteng lantaran dikelilingi tembok tinggi dan pos penjagaan.
Agar terlihat berbeda dari Benteng, Tinus meletakkan banyak tanman hijau dan menghiasi teras rumahnya dengan gamelan.
Kemudian, dirinya sering mengundang kenalannya untuk berpesta di rumah. Hal itulah yang membuat masyarakat setempat menyebutnya kegiatan itu sebagai gandrungan atau dalam bahasa Jawa yang berarti tergila-gila atau menyukai.
Seiring waktu, rumah itu kemudian dikenal sebagai Loji Gandrung, sedangkan loji berasal dari bahasa Belanda yang artinya rumah besar dan berdinding tembok.
Baca Juga: Profil Lengkap Erina Gudono, Calon Istri Kaesang Pangarep Bukan Orang Sembarangan
3. Perpaduan Arsitektur Eropa- Jawa
Bangunan Loji Gandrung tampak menonjol dan kuat akan sentuhan klasik, sebagaimana dikutip dari laman Badan Otoritas Borobudur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bahwa atap dari Loji berbentuk sirap kayu dan menutup hingga keseluruhan bangunan, kemudian membentuk mirip segi lima.
Bagian atas bangunan yang sudah ada sejak masa pemerintahan Belanda ini berupa Menara berbentuk semu dengan kaca patri yang menunjukkan kemegahan Kota Surakrta.
Sebagaimana dikutp dari Indonesia.go.id, arsitektur ini pasukan budaya Eropa dan Jawa sehingga menghasilkan gaya indis, sentuhan budaya Jawa sangat terlihat dari atap sirap kayu dan bagian puncaknya.
4. Terdapat Ruang Soekarno
Loji Gandrung menyimpang banyak sejarah panjang negeri ini dan merupakan titik kumpul penting, misal saat Jepang duduki Surakarta, tempat ini dijadikan markas pusat pimpinan pasukan.
Bahkan Jenderal Gator Soebroto pun pernah menggunkaan Loji Gandrung sebagai tempat menyusun stretegi militer hadapi Agresi Militer II Belanda bersama sekutu pada 1948-1949.
Baca Juga: Intip Potret Erina Sofia Gudono, Cantik, Anggun, dan Sukses Pikat Hati Kaesang Pangarep
Presiden pertama Indonesia, Soekarno juga pernah singgah dan menginap di Loji Gandrung. Bahkan salah satu kamar di sana dikenal dengan Runag Soekarno karena pernah beberapa kali diguankan untuk beristirahat ketika berkunjung ke Solo.
Hingga saat ini, furniture masih dipertahankan, sehingga pengunjung bisa melihat seperangkat piano di kamar Soekarno serta benda antic lainnya yang tersebar di ruangan tersebut.
5. Berusia 190 Tahun
Loji Gandrung yang saat ini menjadi rumah dinas Wali Kota Solo ini merupakan cagar budaya yang berdiri lebih dari 190 tahun.
Sebagaimana dikutp dari Indonesia.go.id kawasan yang berlokasi di jalan Brigjen Slamet Riyadi No 2161 Laweyan Solo ini memiliki luas bangunan 3,500 meter persegi dengan luas keseluruhan campai 6,295 meter persegi. ***