DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kisah Hikmah: Suami Istri yang Kapalnya Tenggelam, Tapi Jatah di Sekoci Cuma Cukup Buat Satu Orang

image
Ilustrasi suami istri yang kapalnya tenggelam di laut

ORBITINDONESIA - Sebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam. Sepasang suami istri berlari menuju ke sekoci untuk menyelamatkan diri.

Sampai di sana, mereka menyadari bahwa hanya ada tempat untuk satu orang yang tersisa. Segera sang suami melompat mendahului sang istri untuk mendapatkan tempat itu.

Sang istri hanya bisa menatap kepada si suami sambil meneriakkan sebuah kalimat sebelum sekoci menjauh, dan kapal itu benar-benar menenggelamkannya.

Baca Juga: Salah Tangkap, Bjorka Ejek Polisi dengan Kata LOL dan Sebut Dapat Info yang Salah Dari DarkTracer

Guru yang menceritakan kisah ini bertanya pada murid-muridnya, “Menurut kalian, apa yang istri itu teriakkan?”

Sebagian besar murid-murid itu menjawab, “Aku benci kamu!” “Kamu tahu aku buta!!” “Kamu egois!” “Nggak tahu malu!”

Tapi guru itu kemudian menyadari ada seorang murid yang diam saja. Guru itu meminta murid yang diam saja itu menjawab.

Kata si murid, “Guru, saya yakin si istri pasti berteriak, ‘Tolong jaga anak kita baik-baik’”.

Baca Juga: Inilah Segudang Manfaat Tidur Siang yang Harus Anda Ketahui, Nomor Tiga Bagus Untuk Lansia

Guru itu terkejut dan bertanya, “Apa kamu sudah pernah dengar cerita ini sebelumnya?”

Murid itu menggeleng. “Belum. Tapi itu yang dikatakan oleh mama saya sebelum dia meninggal karena penyakit kronis.”

Guru itu menatap seluruh kelas dan berkata, “Jawaban ini benar.”

Kapal itu kemudian benar-benar tenggelam dan sang suami membawa pulang anak mereka sendirian.

Baca Juga: Dawam Rahardjo Diperintah Bayar Honor Tenaga Kesehatan Lampung Timur 7 Hari Setelah APBD Perubahan Diundangkan

Bertahun-tahun kemudian setelah sang suami meninggal, anak itu menemukan buku harian ayahnya.

Di sana dia menemukan kenyataan bahwa, saat orangtuanya naik kapal pesiar itu, mereka sudah mengetahui bahwa sang ibu menderita penyakit kronis dan akan segera meninggal.

Karena itulah, di saat darurat itu, ayahnya memutuskan mengambil satu-satunya kesempatan untuk bertahan hidup.

Dia menulis di buku harian itu, “Betapa aku berharap untuk mati di bawah laut bersama denganmu. Tapi demi anak kita, aku harus membiarkan kamu tenggelam sendirian untuk selamanya di bawah sana.”

Baca Juga: Bayern Munchen Keok Atas Augsburg, Borussia Dortmund Kokoh di Puncak Klasemen Liga Jerman

Cerita itu selesai. Dan seluruh kelas pun terdiam.

Guru itu tahu bahwa murid-murid sekarang mengerti moral dari cerita tersebut, bahwa kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yang kita sering pikirkan.

Ada berbagai macam komplikasi dan alasan di baliknya yang kadang sulit dimengerti.

Karena itulah kita seharusnya jangan pernah melihat hanya di luar dan kemudian langsung menghakimi, apalagi tanpa tahu apa-apa.

Baca Juga: Inilah Kebiasaan Baik Sebelum Tidur Untuk Anda yang Ingin Bugar Esok Hari

Mereka yang sering membayar untuk orang lain, mungkin bukan berarti mereka kaya, tapi karena mereka menghargai hubungan daripada uang.

Mereka yang bekerja tanpa ada yang menyuruh, mungkin bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka menghargai konsep tanggung jawab.

Mereka yang minta maaf duluan setelah bertengkar, mungkin bukan karena mereka bersalah, tapi karena mereka menghargai orang lain.

Mereka yang mengulurkan tangan untuk menolongmu, mungkin bukan karena mereka merasa berhutang, tapi karena menganggap kamu adalah sahabat.

Baca Juga: Bikin Supoter Bergemuruh, Son Heung Akhiri Paceklik Gol di Liga Inggris

Mereka yang sering mengontakmu, mungkin bukan karena mereka tidak punya kesibukan, tapi karena kamu ada di dalam hatinya.

Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad

Wallahu A'lam Bisshawab. Semoga bermanfaat.

(dikutip dari medsos anonim oleh OrbitIndonesia). ***

Berita Terkait