Kapitalisasi Identitas Arab
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 08 Mei 2023 10:05 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Sebagian orang menganggap semua orang Arab itu keturunan Nabi Muhammad yang harus dimuliakan dan ditaati. Identitas Arab lalu dikapitalisasi atau dikomodifikasi untuk berbagai kepentingan: sosial, politik, dan ekonomi.
Bagi sebagian masyarakat Muslim Indonesia, Arab itu identik dengan Islam. Menampilkan kearaban atau menggunakan atribut Arab bukan sekadar persoalan kultural, melainkan merupakan simbol keislaman dan kesalehan.
Identitas Arab bahkan dipandang sebagai simbol kedekatan dengan Tuhan karena ada keterhubungan dengan tanah suci Mekkah-Madinah, kota yang menjadi asal Islam dan tempat Ka’bah yang merupakan kiblat umat Islam berada.
Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Man United Keok di Kandang West Ham, Blunder David De Gea Jadi Pemicu
Karena itu, proses tercepat ”menjadi Arab” bisa dilakukan dengan melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Sebagian masyarakat kita secara salah juga menganggap semua orang Arab itu merupakan keturunan Nabi Muhammad yang harus dimuliakan dan ditaati.
Dengan hidup dan berkembangnya pandangan seperti itu, mereka yang dari Arab atau berwajah dan berpenampilan Arab lantas bisa dengan mudah diterima dan mendapat tempat terhormat di masyarakat.
Tak jarang, mereka langsung dianggap memiliki otoritas keagamaan dan intelektual meski tak pernah menempuh pendidikan agama atau latar belakang kehidupannya tak pernah dekat dengan kesalehan sekalipun.
Baca Juga: Syaefudin Simon: Menulis di Kota Suci
Identitas Arab, karenanya, bisa dikapitalisasi atau dikomodifikasi untuk berbagai kepentingan, termasuk memperkuat posisi sosial dan politik seseorang serta memperoleh manfaat ekonomi tertentu.