Tiga Penjelasan Psikologis Mengapa Orang Suka Menonton Film Horor
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 03 September 2022 09:05 WIB
ORBITINDONESIA - Film Horor adalah salah satu genre film yang paling abadi dan populer. Film horor secara rutin berada di puncak box office dan banyak karakter mereka telah menjadi bagian dari semangat budaya.
Film horor atau menegangkan itu seperti karakter Norman Bates di Psycho hingga Freddy Krueger di A Nightmare on Elm Street hingga Hannibal Lecter di The Silence of the Lambs.
Namun, sementara banyak orang rela membeli tiket film horor terbaru, dalam kehidupan sehari-hari kita berusaha menghindari apa pun yang membuat kita takut. Jadi mengapa kita membayar untuk menonton film yang menimbulkan ketakutan dan teror?
Baca Juga: Prediksi Skor dan Head To Head Pertadingan Aston Villa vs Manchester United
Banyak psikolog telah berusaha menjawab pertanyaan ini, dan artikel ini akan mengeksplorasi berbagai penjelasan yang telah mereka selidiki, termasuk kemampuan untuk menguasai ancaman melalui film horor dan bagaimana mereka membantu kita bergulat dengan sisi gelap kemanusiaan.
Tentu saja, tidak semua orang menyukai film horor. Jadi kita juga akan membahas perbedaan individu yang dapat menjelaskan, siapa yang menyukai film horor dan siapa yang tidak. Akhirnya, kita akan mengakhiri dengan melihat potensi terapeutik dari mengonsumsi horor.
Tidak ada penjelasan tunggal yang diberikan oleh para ilmuwan, untuk setiap alasan orang menikmati menonton film horor. Itu karena ketika orang mencari film horor, mereka cenderung melakukannya karena berbagai alasan dan untuk memuaskan banyak kepuasan.
Plus, beberapa orang mungkin termotivasi untuk menonton horor karena satu alasan, tetapi tidak untuk alasan lain.
Baca Juga: Madura United Kokoh di Puncak Klasemen Sementara Liga 1 2022 - 2023, Hugo Gomes Panen Pujian
Mengutip verywellmind.com, di bawah ini adalah salah satu penjelasan paling mapan yang ditawarkan psikolog, untuk menjelaskan mengapa orang menikmati menonton film horor.
Pertama, Pengalaman Wakil dan Penguasaan Ancaman
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak terlalu sering menghadapi situasi menakutkan. Tetapi jika kita menghadapi sesuatu yang mengancam atau berbahaya, itu menarik perhatian kita.
Peneliti horor, Mathias Clasen, menduga kecenderungan ini dapat ditelusuri kembali ke bahaya konstan yang dialami nenek moyang kita di lingkungan tempat mereka tinggal.
Bagi manusia purba, kewaspadaan terus-menerus diperlukan, untuk menghindari menjadi mangsa hewan yang lebih besar atau lebih mematikan.
Pengalaman lama ini telah memberi orang-orang sistem deteksi ancaman yang sangat responsif, meskipun sebagian besar tidak disadari.
Karena film horor melakukan pekerjaan yang baik dalam mensimulasikan situasi yang mengancam, ini berarti respons emosional kita terhadapnya serupa dengan yang kita alami, jika kita menghadapi ancaman kehidupan nyata.
Tentu saja, karena kita tidak menghadapi ancaman kehidupan nyata sesering manusia purba, menonton film horor bisa menjadi pengalaman baru yang memungkinkan kita menggunakan sistem deteksi ancaman bawaan kita.
Baca Juga: Seorang WNI Asal Jawa Tengah di Jepang Bunuh Diri
Ini tidak hanya membuat film horor lebih menarik perhatian penonton, tetapi juga memungkinkan mereka untuk mengalami hal-hal --seperti pasca-kiamat, invasi alien, dan ancaman pembunuh serial-- di lingkungan yang aman.
Akibatnya, film horor adalah cara bebas risiko untuk mengalami ancaman secara perwakilan, dan melatih respons seseorang terhadap ancaman tersebut.
Plus, setelah orang-orang melewati film horor tanpa cedera, mereka mungkin merasakan pencapaian dan penguasaan atas ancaman yang mereka alami.
Hal ini kemudian membuat mereka merasa lebih percaya diri dengan kemampuan mereka untuk menangani situasi lain yang memicu kecemasan.
Baca Juga: Bali United Sukses Raih 3 Poin, Nadeo Argawinata: Sulit Menang di Markas Persebaya Surabaya
Kedua, Teori Transfer Eksitasi
Salah satu teori psikologi paling awal, yang menjelaskan kesenangan orang terhadap film horor, adalah teori transfer eksitasi Dolf Zillmann.
Teori tersebut mengusulkan bahwa media horor merangsang peningkatan tingkat gairah fisiologis karena rasa takut yang ditimbulkannya.
Ketika media menyimpulkan, gairah itu kemudian mengintensifkan perasaan lega dan senang pemirsa, yang mengarah ke euforia tinggi.
Studi telah mendukung teori ini, setidaknya untuk pemirsa pria. Sebagai contoh, sebuah penelitian menemukan bahwa semakin banyak partisipan pria mengalami stres, dan semakin banyak gairah yang mereka alami saat menonton film horor, maka semakin besar kegembiraan mereka setelah menyelesaikan film tersebut.
Baca Juga: Lawan Putusan Pemecatan dari Polri, Baiquni Wibowo Ajukan Banding
Ketiga, Menjelajahi Sisi Gelap Kemanusiaan
Studi lain menemukan bahwa kesenangan kita terhadap film horor dapat dijelaskan oleh fakta bahwa film tersebut memuaskan rasa ingin tahu kita tentang sisi gelap kemanusiaan.
Masyarakat memastikan bahwa kebanyakan dari kita jarang bertemu dengan monster manusia yang paling bejat atau menakutkan. Dan kita menekan sisi gelap diri kita untuk menyesuaikan diri.
Film horor memungkinkan kita menjelajahi sifat kejahatan, baik dalam diri orang lain maupun dalam diri kita sendiri, dan bergulat dengan bagian tergelap umat manusia di lingkungan yang aman.***