Febryan Fernando: Pilih Tinggal di Apartemen atau Rumah Biasa, Plus Minusnya
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 21 Januari 2023 12:15 WIB
ORBITINDONESIA - Mengapa masyarakat lebih memiih membeli rumah yang jauh dari pusat kota dibanding membeli apartemen di Jakarta?
Ini adalah pengalaman pribadi yang saya alami setelah lebih dari tiga tahun tinggal di apartemen di Jakarta.
Akhirnya datang suatu titik dimana saya harus memutuskan apakah saya membeli apartemen yang sebelumnya saya sewa tersebut atau pindah dan membeli rumah tapak di kota penyangga ibukota.
Baca Juga: Resmi Meluncur, Galaxy A14 5G, Hp Samsung Termurah di Indonesia
Sebetulnya ada banyak hal yang membuat saya sangat menikmati tinggal di apartemen, di antaranya karena:
Lokasi strategis, waktu tempuh rata-rata hanya 20–30 menit ke kantor.
Fasilitas lengkap, mulai dari kolam renang, cafe, minimarket, restoran hingga kopi kekinian banyak tersedia.
Keamanan dan ketertiban terjamin, security stand by 24 jam.
Baca Juga: Akun Instagram Lenyap, Nikita Mirzani: Cuma Dinonaktifkan
Pernah suatu ketika unit tepat di samping unit saya sering berisik sampai larut malam. Kemudian saya lapor ke security dan security langsung naik dan menegur mereka, kita tidak perlu berkonflik dengan tetangga.
Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik. Privasi sangat terjamin, tidak ada tetangga yang menggosip.
Apartemen memiliki genset yang bisa mengcover daya listrik jika mati lampu, meskipun tidak seluruhnya.
Teknisi stand by 24 jam yang sigap datang ke unit apabila ada masalah seperti AC rusak, kran air bermasalah dan kerusakan lainnya. Layanan teknisi tersebut gratis, cukup dengan memberi tip atau rokok, maka mereka akan sangat senang.
Baca Juga: Bukan Jakarta, Komisi Perlindungan Anak Catat, Jawa Barat Jadi Provinsi Tertinggi Kasus Kekerasan Pada Anak
Sementara kekurangan tinggal di apartemen berdasarkan pengalaman saya adalah:
Space untuk parkir mobil susah, terutama jika pulang kantor larut malam.
Siap-siaplah mencari parkir di luar apartemen. Ini mungkin tidak berlaku di semua apartemen.
Tagihan listrik lebih mahal dibandingkan rumah tapak. Saat ini tagihan listrik saya tidak sampai sepertiga tagihan listrik apartemen, dengan perabot yang sama.
Ketika jumlah keluarga bertambah, sulit untuk menambah ruangan. Sementara rumah tapak lebih leluasa untuk direnovasi.
Baca Juga: Penyebab Kasus Kekerasan Pada Anak di Indonesia Semakin Mengerikan, KPAI Catat Ratusan Korban
Harga apartemen 3 kamar dengan luas >65 meter persegi di Jakarta lebih mahal dari rumah tapak ukuran serupa di Bekasi, Depok atau Tangerang Selatan (di luar BSD & Alam Sutera)
Harga apartemen cenderung stagnan atau bahkan turun, berbeda dengan rumah tapak yang harganya cenderung selalu naik.
Biaya parkir mobil dan motor per unit kendaraan per bulan.
Biaya IPL per meter persegi luas unit apartemen per bulan.
Baca Juga: 5 Rumah Warga di Barito Selatan Ambruk Akibat Abrasi DAS Barito, Polsek Dusun Selatan Turun Tangan
Keluar masuk barang ukuran besar diatur waktunya oleh manajemen apartemen dan harus pakai surat izin.
Apabila ada bencana seperti gempa bumi siap-siap merasakan sensasi guncangan yang kuat, terutama apabila tinggal di unit di lantai tinggi.
Di beberapa apartemen, naik/turun lift harus antri karena lift penuh terutama di jam orang berangkat/pulang kerja. Belum lagi jika ada perbaikan salah satu lift.
Setelah mempertimbangkan plus-minusnya, akhirnya saya memutuskan pindah dan membeli rumah tapak di kota penyangga ibukota.
Baca Juga: Viral Ini Detik detik Pria yang Nekat Ingin Kaya Mendadak, Curi Mobil Isi Ulang ATM Penuh Uang
Meskipun waktu tempuh ke kantor menjadi lebih lama, tetapi tetap saya ambil karena saya merindukan udara segar di pagi hari dan bisa merenovasi bangunan rumah sesuka hati.
Apabila seseorang masih single, mobile dan tidak mau bermacet-macetan dari rumah ke kantor, saya sangat menyarankan tinggal di apartemen.
(Oleh: Febryan Fernando). ***