Satrio Arismunandar: Tingkat Toleransi Beragama di Indonesia yang Cuma Sekadarnya Harus Ditingkatkan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 05 Januari 2023 21:05 WIB
ORBITINDONESIA - Tingkat toleransi di Indonesia saat ini yang cuma sekadarnya alias pas-pasan tidaklah memadai. Tingkat toleransi itu harus ditingkatkan untuk mencapai moderasi beragama. Hal itu dikatakan Satrio Arismunandar.
Satrio Arismunandar, doktor filsafat dari Universitas Indonesia ini mengomentari tema webinar Moderasi Beragama Berbasis Kearifan Lokal di Jawa Tengah, yang diadakan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA.
Di webinar yang berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 5 Januari 2023 itu, Satrio Arismunandar mengutip hasil penelitian berjudul “Potret Umat Beragama Tahun 2021.”
Penelitian yang dilakukan oleh Alvara Institute pada Desember 2021 tersebut menunjukkan berbagai fakta menarik tentang kondisi keberagamaan di Indonesia.
Satrio mengungkapkan, salah satu indikator dari indeks moderasi beragama adalah toleransi. Dimensi toleransi itu sendiri diukur dari empat hal:
Pertama, kesediaan menerima orang beragama lain untuk menjadi pemimpin publik; kedua, perempuan dapat mengambil keputusan strategis dalam keluarga; ketiga, perempuan boleh menjadi pemimpin publik; dan keempat, umat Islam dan non-Islam setara di hadapan hukum dan pemerintahan.
Satrio menjelaskan, hasil penelitian Alvara Institute ini mengungkapkan, Indeks Moderasi Beragama secara nasional mencapai 74,9 pada skala 0-100.
Dimensi komitmen kebangsaan memiliki nilai tertinggi yaitu 84,5, diikuti dimensi penerimaan terhadap tradisi lokal (79,2), dimensi anti kekerasan (74,6), dan terakhir dimensi toleransi (60,6).
“Dimensi toleransi memiliki nilai paling rendah. Tentu ini menjadi catatan tersendiri, karena 14 poin di bawah rata-rata,” tutur Satrio.
Satrio juga mengingatkan beberapa kasus yang sempat mencuat di media massa, di mana toleransi beragama tampak sangat rendah. Seperti, adanya hambatan dalam melaksanakan ibadah atau membangun rumah ibadah.
Riset Alvara Institute menggunakan pendekatan riset kuantitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara tatap muka kepada 3.597 responden yang tersebar di 34 provinsi.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode multistage random sampling, dengan rumah tangga sebagai unit terkecil. Sampel yang diambil distribusinya sesuai dengan demografi dan geografi penduduk Indonesia.
Kriteria responden yang diambil adalah penduduk Indonesia yang berusia 17-65 tahun, yaitu dari Generasi Z hingga Generasi Baby Boomer.
Agama yang dianut responden juga sesuai dengan agama yang dianut masyarakat Indonesia.
Mayoritas responden beragama Islam (86,7 persen), diikuti oleh Kristen Protestan (6,6 persen), Katolik (3,2 persen), Hindu (2,2 persen), Buddha (1,1 persen) dan Konghucu (0,2 persen).***