Puisi Esai Denny JA: Gerakan Reformasi dan Nyawa Nyawa yang Melayang
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 02 Desember 2022 09:24 WIB
Setelah sekian lama berjarak dengan peristiwanya, setelah terbangun kesadaran kolektif bahwa konflik tak menghasilkan apa-apa selain kehancuran, banyak pelaku yang kemudian justru tersiksa, dihantui rasa bersalah berkepanjangan.
Inilah yang disebut oleh Jacky Manuputty dalam buku ini sebagai titik balik.
“Syair-syair Denny JA menawarkan pendekatan yang utuh dengan memotret proses transformasi aktor dari konflik ke perdamaian. Kisah-kisah titik balik adalah bentuk narasi damai yang inspiratif, memiliki dampak dan daya tarik yang sama dengan drama konflik.” (Biarlah Rebana dan Totobuang Kembali Bersanding).
Baca Juga: Piala Dunia 2022: Kroasia Melaju ke Babak 16 Besar, Belgia Tersingkir
Dalam jarak waktu yang cukup jauh sekarang ini, kita pelan-pelan menyadari bahwa para korban di era reformasi itu tidak tahu apa yang membuat mereka dibunuh, diperkosa.
Apa yang menyebabkan rumah-rumah mereka dirusak tanpa belas kasihan. Tak ada satupun alasan yang bisa diterima akal mengapa di negeri yang damai ini, kemarahan dan kebencian bisa tiba-tiba merasuki manusia-manusia beradab.
Begitu juga dengan para aktor dan pelaku yang merusak, memperkosa, dan membunuh sesamanya. Banyak dari mereka tidak benar-benar menyadari atas alasan apa mereka melakukan itu semua.
Atas dasar apa mereka memiliki kewenangan untuk menghilangkan nyawa manusia lain.
Baca Juga: Piala Dunia 2022: Maroko Maju ke Babak 16 Besar dengan Status Juara Grup
Buku di hadapan Anda ini adalah kumpulan tanggapan langsung terhadap 25 kisah dramatik dalam bentuk puisi esai yang ditulis oleh Denny JA.