DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Hari Sumpah Pemuda 2022, Puisi Ini Bikin Bulu Kuduk Merinding

image
Ilustrasi contoh naskah pidato Hari Sumpah Pemuda 2022 untuk lomba.

ORBITINDONESIA - Dalam puisi bertema Hari Sumpa Pemuda 2022 ini bikin bulu kuduk merinding.

Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda 2022, artikel ini memberikan rekomendasi contoh puisi Sumpah Pemuda ke 94.

Sumpah Pemuda merupakan salah satu hari besar yang diperingati rakyat Indonesia setiap tahunnya.

Baca Juga: Hari Lahir Kamu Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda? Begini Karakter Kamu Berdasarkan Ramalan Shio

Semua ini berawal dari semangat juang dan rasa cinta tanah air para pemuda terdahulu.

Saat itu, pemuda pemudi di seluruh Indonesia berkumpul untuk saling berdialog tentang kebangsaan.

Dari konfrensi yang dilaksanakan akhirnya lahirlah 3 ikrar suci Sumpah Pemuda.

Baca Juga: Heroik, Kepolisian Barito Selatan Selamatkan Jakpar Sekeluarga Korban Perahu Tenggelam di Sungai Barito

Hari Besar Sumpah Pemuda tak lama lagi akan menyapa kita.

Tepat besok pada 28 Oktober 2022 akan menjadi Hari Sumpah Pemuda ke-94.

Hal ini menandakan bahwa sudah 94 tahun yang lalu terjadi kebangkitan jiwa nasionalisme dan persatuan di seluruh hati pemuda Indonesia.

Hari Sumpah Pemuda dapat diperingati dengan berbagai cara.

Salah satunya adalah dengan pembacaan puisi yang bertemakan Sumpah Pemuda.

Baca Juga: Jadwal Tanding Liga Europa: HJK Helsinski vs AS Roma, Prediksi Skor, Head to Head, Susunan Pemain

Contoh Puisi 1:

Kuning temaram lampu meja meringkuk di sudut kamar

Di sisinya, tembang lagu kenangan samar-samar

mendayu merdu dan terbata-bata dari bibir radio tua milik ibu

yang resah dan lelah namun tak mau menyerah.

Dengan terengah-engah ia setia menyampaikan kata-kata para penyair di balik penyiar yang suaranya resah dalam ketelanjangan di telinga para pendengar

Banyak kata tanpa tanda baca telah sirna di antara kita.

Tawamu, atau hamparan pasir putih yang menolak dicium ombak,

atau puisi-puisi tersesat yang entah ke mana harus mencari alamat penulisnya.

Kelak jika kau kembali dalam rupa pesan pendek di ujung getaran telepon genggamku

akan kuselipkan puing-puing puisi ini.

Puisi yang tercipta dari untaian kata yang tertinggal

di sepasang kursi pesawat waktu kita duduk bersama

dan menertawakan kepedihan yang tumbuh di kepala masing-masing.

Baca Juga: Kronologi Pesawat Lion Air Putar Balik Setelah 30 Menit Lepas Landas Rute Jakarta Palembang

Contoh Puisi 2:

Aku nyaris menghabiskan malam-malamku di depan mata radio dan

mendapati diriku tersesat dalam lamunan tentang bagaimana cara kita bersua.

Tiba-tiba, sehelai bulu mata menjatuhkan tubuhnya di beranda pipiku.

"Itu pertanda seseorang merindukanmu, Nak."

Kata ibu yang sedang marajut senyum pada bibirnya di sudut meja makan.

Ah, kukira ibu bercanda.

Aku sedang terjebak dalam ruang penuh kata rindu namun tak kudapati sehelai pun bulu matamu runtuh.

Atau kau yang tak pernah membiarkannya memberi tanda

bahwa aku sedang tak mampu menahan rindu?

Astaga! Rindu?

Kau bahkan tak mau mendengar kata itu.

Enyah saja! Katamu.

Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru 2022, di Bank Indonesia Butuh Staff Pemeliharaan Rumah Jabatan Dewan Gubernur

Contoh Puisi 3:

Melukis berjuta rasa ketika suara merdu kudengar dari radio

Bergema melebur menjadi suatu untaian yang melewati ribuan kilometer

Tapi tetap mengudara dengan suara lembutnya

Terjalin satu membalut kerinduan akan suara merdu

Yang merasuk dalam jiwa

Akankah ini terus menggemgam hati kala suara itu akan berhenti

Akan ada kerinduan

Tuk menanti suaramu mengudara….

Kini saatnya aku menaburkan kerinduanku saat suaramu tak terdengar lagi

Membasuh jiwa yang terjuntai karena rindu

Masih adakah suaramu akan mengudara lagi???

Aku rindu…..

Tapi penantianku tak berujung sudah

Tak ada lagi suaramu tak ada lagi desahmu

Kau menghilang begitu saja

Seperti ditelan bumi….

Kini hanya kenangan bagiku

Suaramu,desahmu dan tawamu, masih terpatri

Menggenggam hati begitu erat sampai rasa ini tak pernah berhenti

Aku masih merindu

Sampai meminta tangis yang begitu kuat

Akhirnya membatu …

Kini hanya kepasrahan untuk menantimu…

Bersuara lagi di udara…aku menantikanmu….

Berita Terkait