Survei NEW INDONESIA: Setelah Deklarasi Anies Baswedan, Nasdem Merosot di Bawah Ambang Batas Parlemen
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 23 Oktober 2022 06:01 WIB
ORBITINDONESIA - Lembaga survei NEW INDONESIA Research & Consulting menyebutkan elektabilitas Nasdem merosot usai mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden.
"Setelah resmi mencapreskan Anies, elektabilitas NasDem makin terpuruk hingga di bawah parliamentary threshold (ambang batas parlemen)," kata Direktur Eksekutif NEW INDONESIA Research & Consulting Andreas Nuryono dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu 22 Oktober 2022.
Andreas Nuryono mengatakan, elektabilitas Nasdem sekarang ini hanya 3,8 persen, yang artinya turun di bawah ambang batas parlemen yang 4 persen.
Baca Juga: Wanda Hamidah Ungkap Pindah dari Nasdem ke Golkar, Ini Penjelasannya
Keputusan Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden menimbulkan guncangan di tubuh partai dengan ditandai kader dan pengurus di daerah-daerah menyatakan mundur dari partai itu.
Tren penurunan elektabilitas Nasdem sudah terjadi sejak rakernas yang memutuskan tiga nama bakal calon presiden, termasuk Anies.
Elektabilitas Nasdem pun makin tergerus ketika akhirnya mendeklarasikan Anies.
Pada bulan Februari 2022, elektabilitas Nasdem masih di atas ambang batas parlemen, 5,3 persen. Pada bulan Juni 2022, elektabilitasnya turun menjadi 4,4 persen, dan pada bulan Oktober 2022 sebesar 3,8 persen.
Baca Juga: Tinggalkan Nasdem, Wanda Hamidah Bergabung ke Partai Golkar
"Nasdem merupakan salah satu partai pendukung Jokowi sejak periode pertama, dan berada di kubu Ahok pada Pilkada DKI Jakarta yang memenangkan Anies," kata Andreas seperti dikutip OrbitIndonesia dari Antara.
Sekarang pun, kata Andreas, Nasdem masih menjadi bagian dari koalisi pemerintahan Jokowi. Belakangan, desakan agar NasDem mundur dari koalisi disuarakan mengingat Anies dianggap sebagai figur sentral kekuatan oposisi terhadap Jokowi.
D sisi lain, PDI Perjuangan memiliki elektabilitas tertinggi di antara partai politik, mencapai 18,3 persen.
Gerindra di peringkat kedua sebesar 13,0 persen, disusul oleh Partai Golkar 7,7 persen, PKB 7,1 persen, dan PSI (5,7 persen).
Baca Juga: Sebut Anies Baswedan Antitesis Presiden Jokowi, Zulvan Lindan Dinonaktifkan dari Pengurus Nasdem!
Partai-partai oposisi berkumpul di papan tengah, yaitu Partai Demokrat 5,5 persen dan PKS 5,2 persen.
Dua partai koalisi pemerintah, yakni PAN 2 persen dan PPP 1,7 persen, yang seperti NasDem juga terancam tidak lolos ke parlemen.
Kehadiran partai-partai baru turut mengancam keberadaan partai parlemen, elektabilitas Partai Gelora sebesar 1,3 persen, Perindo 1,1 persen, dan Partai Ummat 1 persen. Selanjutnya, Hanura 0,5 persen dan PBB 0,3 persen, sisanya partai-partai lain 0,7 persen, dan yang menjawab tidak tahu/tidak jawab 25,1 persen.
Untuk bisa mengusung capres/cawapres, hanya PDI Perjuangan yang mencukupi ketentuan presidential threshold 20 persen. Partai-partai lain harus membentuk koalisi, yang sudah terbentuk adalah Gerindra dan PKB, kemudian Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) beranggotakan Golkar, PAN, dan PPP.
Baca Juga: OPINI: Menggunting di Atas Lipatan, Menteri Partai Nasdem di Kabinet Jokowi Tinggal Menghitung Hari
Nasdem berupaya menggalang koalisi bersama Demokrat dan PKS, tetapi terganjal soal siapa cawapres yang bakal mendampingi Anies.
"Mengambil risiko anjloknya elektabilitas, Nasdem berharap bisa mendapatkan coattail effect dengan mengusung Anies," kata Andreas.
Sejauh ini, kata Andreas, belum tampak migrasi pendukung Anies ke Nasdem mengingat belum pastinya koalisi.
"Jika koalisi tak kunjung terbentuk, Anies dikhawatirkan gagal dapat tiket," ujar Andreas.
Baca Juga: Bagas Pujilaksono Widyaknigara: Avalanche Nasdem, Longsoran Mundurnya Kader kader Karena Anies
Survei NEW INDONESIA Research & Consulting dilakukan pada tanggal 11—17 Oktober 2022 terhadap 1.200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling dengan margin of error plus minus 2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. ***