Sejarah Resolusi Jihad KH Hasyim Asy'ari yang Jadi Pelopor Ditetapkannya Hari Santri Nasional 22 Oktober
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 21 Oktober 2022 15:51 WIB
ORBITINDONESIA – Ditetapkannya Hari Santri Nasional pada 22 Oktober tak lepas dari sejarah resolusi jihad KH Hasyim Asy'ari yang dilakukan pada 22 Oktober 1945.
Sejarah resolusi jihad yang dilakukan KH Hasyim Asy'ari nyatanya berperan penting bagi para santri dalam ikut serta mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia, yang kini diperingati sebagai Hari Santri Nasional.
Simak artikel tentang sejarah resolusi jihad KH Hasyim Asy'ari yang jadi pelopor ditetapkannya Hari Santri Nasional ini.
Baca Juga: Tak Sekadar Perayaan, Hari Santri Nasional Punya Arti, Makna, dan Filosofi Bagi Warga NU
Resolusi jihad KH Hasyim Asy'ari yang dicetuskan pada 22 Oktober 1945 terbukti mampu menggerakkan seluruh elemen bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari Agresi Militer Belanda kedua yang membonceng Sekutu.
Kala itu baik para santri dan ulama pesantren ikut berupaya mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia saat NICA (Netherlands Indies Civil Administration) membonceng tentara Sekutu (Inggris) yang hendak kembali menduduki Indonesia dalam Agresi Militer Belanda II pasca kekalahan Jepang oleh Sekutu.
Berawal dari kesepakatan diplomatik antara Jepang dengan KH Hasyim Asy'ari sebagai Ketua Jawatan Agama (Shumubu) yang diwakilkan kepada anaknya KH Abdul Wahid Hasyim.
Kesepakatan itu adalah melatih para pemuda Indonesia yang merupakan para santri secara militer guna membantu Jepang berperang melawan sekutu.
Saat itu KH Hasyim Asy'ari menyetujui keinginan Jepang dengan syarat para pemuda yang dilatih militer itu berdiri sendiri tidak masuk dalam barisan Jepang. Itulah awal terbentuknya laskar yang diberi nama oleh Kiai Hasyim sebagai Laskar Hizbullah.
Laskar Hizbullah ini dibentuk pada November 1943 beberapa minggu setelah pembentukan tentara PETA (Pembela Tanah Air).
Baca Juga: Alasan Dibalik Tanggal 22 Oktober Dijadikan Hari Santri Nasional
Meski keputusannya tersebut banyak mendapat sindiran dari berbagai kalangan yang menyebut bahwa KH Hasyim Asy'ari tunduk kepada Jepang dengan mengikutsertakan para santri untuk dilatih secara militer oleh Jepang.
Namun disaat Bangsa Indonesia menghadapi agresi Belanda II, saat itulah semua pihak sadar bahwa para pemuda Indonesia melalui Laskar Hizbullah dan lain-lain sudah siap menghadapi perang dengan tentara sekutu bermodalkan pelatihan 'gratis' oleh tentara Jepang.
Pada 19 September 1945 banyak orang rela mati dalam peristiwa penyobekan bagian biru dari bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya.
Baca Juga: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Santri Nasional 22 Oktober 2022, Cocok Dibagikan ke Kerabat dan Teman Dekat
Setelah momen itu, kalangan santri merasa tentara asing akan datang dengan jumlah lebih banyak dan perang terbuka tak bisa dihindarkan.
Benar saja, Brigade 49 dari Divisi India Tentara Inggris pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby datang dan berlabuh di Surabaya.
Kondisi Surabaya yang panas pada akhir Oktober 1945, membuat para kiai pun berkumpul dan berkomitmen penuh untuk terus berjuang bagi kemerdekaan bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan.
Baca Juga: Inilah Empat Panduan Pelaksanaan Peringatan Hari Santri Nasional 2022 yang Resmi dari Menag
Pada tanggal 22 Oktober 1945 tercetuslah Fatwa Resolusi Jihad NU oleh KH Hasyim Asy'ari, yang membuat seluruh elemen bangsa Indonesia turut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran mencapai puncaknya di Surabaya pada 10 November 1945 yang saat ini diresmikan menjadi Hari Pahlawan Nasional.
Hari Santri Nasional sendiri ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 pada 15 Oktober 2015 sebagai supremasi perjuangan para santri dan ulama pesantren dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.***