Kredit Karbon Indonesia Senilai USD 1 Miliar di COP30
ORBITINDONESIA.COM -— Lebih dari 50.000 orang dari lebih dari 190 negara, termasuk diplomat dan ahli iklim, berkumpul
di Belém untuk menghadiri event selama 11 hari yang diadakan di pinggiran hutan hujan Amazon Brazil, yang fokus pada implementasi dan pengembangan komitmen-komitmen dari Perjanjian Paris yang ditandatangani sepuluh tahun lalu.
KTT ini berlangsung di tengah proyeksi kenaikan suhu global sebesar 2–3°C pada tahun 2100, menjadikan aksi iklim yang terkoordinasi semakin mendesak.
“COP30 adalah momen di mana komitmen iklim bertemu dengan kenyataan pasar. Negara berkembang membutuhkan sekitar USD 1,4 triliun, sementara negara-negara maju berjanji USD 300 miliar, sebuah kesenjangan yang tidak bisa diabaikan. Bagaimana janji-janji ini diimplementasikan akan memiliki dampak nyata terhadap investasi dan penetapan harga pasar,” ujar Samuel Hertz (Kepala APAC) di EBC Financial Group, perusahaan pialang global online.
Indonesia di COP30
Setelah pertemuan baru-baru ini, Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, bertujuan untuk menghasilkan sekitar USD 1 miliar (IDR 16 triliun) dalam transaksi kredit karbon selama KTT tersebut, dengan target penjualan 90 juta ton kredit karbon dari proyek berbasis alam dan teknologi.
Pemerintah memposisikan diri sebagai "jembatan hijau", siap untuk memonetisasi kredit karbon berkualitas tinggi, menarik investasi asing, dan mengalihkan potensi aset alamnya menuju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Secara keseluruhan, ekosistem hutan Indonesia, ambisi pasar karbon, dan kemitraan internasional menempatkannya sebagai pemain kunci dalam agenda keuangan iklim COP30.
Namun, kelompok lingkungan mengingatkan bahwa penekanan pada perdagangan karbon berskala besar berisiko menjadi bentuk greenwashing, di mana nilai tanah dan hutan dikomersialisasikan tanpa mengurangi emisi saat ini.
“Penting untuk memastikan bahwa kredit karbon mematuhi kerangka kerja yang mengatur kriteria penting seperti tambahan dan keberlanjutan – tanpa itu, ‘integritas tinggi’ menjadi dipertanyakan,” kata Hertz. “Tanpa upaya atau peta jalan untuk mengurangi bahan bakar fosil, kredit karbon berisiko menjadi alat perdagangan tanpa manfaat bersih yang nyata saat ini.”
Membuat Setiap Transaksi Bermakna: “Lindungi Amazon Melalui Setiap Transaksi”
Sebagai bagian dari komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan, para trader di EBC Financial Group kini dapat berkontribusi pada pelestarian hutan hujan melalui program "Lindungi Amazon dengan Setiap Transaksi." Setiap kali ada perdagangan yang memenuhi syarat, EBC akan menyumbang atas nama klien kepada mitra konservasi yang terverifikasi, tanpa biaya tambahan, menghubungkan aktivitas pasar rutin dengan upaya pelindungan hutan hujan yang terukur.
Program ini bertujuan memberikan dampak lingkungan yang signifikan, seperti melindungi hingga 1.282 hektar hutan hujan, mengonservasi sekitar 875.641 pohon, dan mencegah sekitar 294.871 ton emisi CO₂ dari setiap perdagangan yang dilakukan di platform EBC.
Inisiatif ini memberikan cara yang mudah bagi trader untuk berpartisipasi dalam pelestarian salah satu penyerap karbon terbesar di dunia, sambil tetap terlibat dalam pasar global. Selain Amazon, EBC juga berencana untuk memperluas upayanya ke proyek konservasi lainnya yang memiliki integritas tinggi, mencerminkan keselarasan yang semakin berkembang antara kegiatan keuangan dan pengelolaan lingkungan.
Hutan Tropis Abadi: Mendukung Pembiayaan Konservasi Global
Proksimitas Belém dengan hutan Amazon menekankan peran krusial hutan tropis dalam menjaga stabilitas iklim global. Pada COP30, diluncurkanlah Tropical Forests Forever Facility (TFFF), sebuah inisiatif yang diprakarsai oleh Brasil untuk melindungi hutan tropis di seluruh dunia.
Inisiatif ini terbuka untuk lebih dari 70 negara yang memiliki hutan, dengan harapan dapat menarik kontribusi publik awal sebesar USD 25 miliar, yang kemudian dapat menggerakkan investasi tambahan hingga USD 100 miliar dari sektor swasta, dengan pembayaran tahunan sekitar USD 4 miliar. Secara signifikan, minimal 20% dari dana tersebut akan langsung diberikan kepada masyarakat Adat dan komunitas lokal.
TFFF mencakup perlindungan bagi Amazon, Hutan Atlantik, serta wilayah lembah sungai Congo dan Mekong. Inisiatif ini menggabungkan sektor keuangan dengan upaya konservasi di tingkat global, sekaligus menyediakan model untuk investasi berkelanjutan dalam modal alam.
Hutan hujan tropis, termasuk Amazon, memainkan peran penting dalam stabilisasi anggaran karbon dan perlindungan ekosistem. Misalnya, hutan hujan tropis Indonesia menyumbang 15% dari total hutan tropis dunia, dan lahan gambutnya menyimpan 57 miliar ton karbon, yang jumlahnya lebih dari dua kali lipat karbon yang terdapat di cadangan minyak Timur Tengah yang terbukti.***