Setahun Asta Cita: Kementerian PU di Garis Depan Kedaulatan Air, Pangan, dan Kehidupan
ORBITINDONESIA.COM - Satu tahun sudah berlalu sejak Presiden Prabowo Subianto menyalakan obor Asta Cita — delapan arah visi kebangsaan yang menjadi penuntun bagi Indonesia menuju kemandirian, kemakmuran, dan kehormatan. Dalam perjalanan itu, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berdiri di garis depan. Bukan hanya membangun jembatan dan bendungan, tetapi membangun kehidupan. Karena di bawah setiap jalan yang terbentang, di balik setiap aliran air dari bendungan ke sawah, tersimpan harapan rakyat yang ingin hidup lebih layak, lebih sejahtera, lebih bermartabat.
Seperti yang sering diutarakan Menteri Dody Hanggodo, “Kementerian PU bukan sekadar lembaga pembangunan fisik. Ia adalah penggerak kehidupan. Setiap proyek yang kita bangun harus menjawab kebutuhan rakyat, menghidupkan ekonomi, dan menumbuhkan harapan.”
Air yang Menghidupi, Bukan Sekadar Mengalir
Sejak 2015 hingga kini, Kementerian PU telah menyelesaikan 53 bendungan—dan di tahun 2025 ini, 15 bendungan lagi sedang dikebut penyelesaiannya. Angka-angka itu bukan sekadar capaian teknis. Di baliknya ada wajah-wajah petani yang kini sawahnya tak lagi kering. Ada anak-anak di desa yang tumbuh dengan sawah hijau di sekeliling mereka, bukan tanah retak dan debu. Dengan tambahan 184 ribu ha layanan irigasi baru dan ribuan unit jaringan air tanah, pemerintah ingin memastikan bahwa air tidak hanya ditampung, tapi juga dibagi secara adil—dari lembah di Nusa Tenggara hingga dataran di Sulawesi. Air adalah sumber kehidupan. Tapi bagi Indonesia, air juga adalah sumber kedaulatan. Dari sinilah lahir pangan yang memberi makan jutaan keluarga. Dari sinilah lahir energi yang menyalakan negeri.
Membangun Bersama Rakyat
Di banyak daerah, pembangunan infrastruktur kini tak lagi berarti menunggu bantuan datang. Melalui program padat karya P3-TGAI dan infrastruktur berbasis masyarakat, lebih dari 3,3 juta orang harian kerja (OHK) ikut langsung bekerja di 11 ribu titik pembangunan. Mereka menggali saluran, menata batu, dan mengalirkan air ke sawah mereka sendiri. Mereka bukan pekerja proyek — mereka adalah arsitek masa depan kampungnya. Itulah semangat Asta Cita yang paling nyata: pembangunan yang melibatkan rakyat, membesarkan rakyat, dan akhirnya kembali untuk rakyat.
Jalan yang Menyatukan, Jembatan yang Menghubungkan Harapan
Di daerah-daerah terpencil, pembangunan bukan soal kemewahan, tapi soal jarak. Instruksi Presiden Jalan Daerah (IJD) hadir untuk memangkas keterisolasian itu. Ratusan kilometer jalan dan puluhan jembatan gantung kini sedang dibangun. Sebagian menghubungkan kawasan pangan, sebagian membuka akses ekonomi, sebagian lagi sekadar memudahkan anak sekolah agar tak harus menyeberang sungai berpegangan pada seutas tali. Setiap jembatan bukan hanya baja dan kabel. Ia adalah jembatan kehidupan — antara petani dan pasar, antara anak dan sekolah, antara rakyat dan masa depan mereka sendiri.
Sekolah Rakyat: Menyalakan Terang di Pelosok Negeri
Tak hanya membangun infrastruktur keras, Kementerian PU juga mengemban tugas sosial melalui Sekolah Rakyat, hasil pelaksanaan Inpres No. 8 Tahun 2025. Di 166 titik tahap pertama dan 104 titik tahap kedua, sekolah-sekolah sederhana direnovasi, diperkuat, dan dihidupkan kembali. Di sana, anak-anak duduk di ruang belajar yang terang dan layak. Dindingnya kokoh, atapnya tak lagi bocor, lantainya tak lagi tanah. Mereka belajar membaca masa depan mereka sendiri — di sekolah yang dibangun oleh negara yang tidak ingin satu pun anaknya tertinggal.
Dari Beton Menjadi Kehidupan
Tahun 2025, Kementerian PU mengelola Rp94,99 triliun anggaran negara. Tapi setiap rupiah dari angka itu bukan sekadar angka pembangunan — melainkan tetes keringat, air mata, dan harapan rakyat Indonesia. Semuanya diarahkan untuk satu tujuan besar: memastikan bahwa pembangunan fisik berujung pada pembangunan manusia. Bahwa infrastruktur tidak berhenti di beton, tetapi meluas menjadi kehidupan.
Mengutip kalimat lugas yang diungkapkan Menteri PU Dody Hanggodo, “Kami tidak sedang membangun proyek. Kami sedang membangun masa depan. Sebab di setiap bendungan yang berdiri, di setiap jalan yang terbuka, dan di setiap sekolah yang berdiri tegak, ada kehidupan rakyat yang ingin kita muliakan.”
Setahun perjalanan Asta Cita bukan sekadar penanda waktu, melainkan perjalanan bangsa menuju kedaulatan yang sejati — kedaulatan yang berakar dari air, tumbuh menjadi pangan, dan berbunga menjadi kehidupan. Dan di garis depan perjuangan itu, Kementerian Pekerjaan Umum berdiri teguh: bekerja dalam diam, membangun dalam makna, menjaga agar setiap tetes air dan setiap jengkal tanah benar-benar kembali untuk rakyat Indonesia.