Majma'al Bahrain dan Kepemimpinan Magis
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 18 Juli 2022 08:54 WIB
Kenapa demikian? Sosiolog asal Brazil, Paulo Freire (PF) mencoba menganalisis masalah kepemimpinan di masyarakat. Menurut PF, kepemimpinan di masyarakat mempunyai tiga level yang terkait dengan kesadaran budaya manusia. Yaitu kesadaran magis, kesadaran naif, dan kesadaran kritis.
Pertama, kesadaran magis. Ini merupakan kesadaran paling rendah yang dimiliki oleh manusia. Tulis Freire, orang dengan kesadaran ini melihat kehidupan mereka sebagai sesuatu yang tidak terelakkan, natural dan sulit diubah.
Mereka cenderung mengaitkan kehidupannya dengan takdir, mitos dan kekuatan superior yang tidak terbukti secara empiris maupun ilmiah.
Orang dengan kesadaran ini menganggap apa pun yang dilakukan oleh pimimpinnya adalah perintah langit. Atau perintah magis spiritual. Pelakunya tak bisa disalahkan.
Baca Juga: Koentjoro Soeparno: Hasrat, Keinginan, Niat, Adalah Sumber Kehidupan yang Terdalam
Apapun yang dilakukannya, termasuk pelecehan seksual, sekadar masa transisi dari si pelaku untuk mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi. Itulah yang terjadi pada kasus Mas Bechi di Jombang sehingga ia tetap dibela santri MBS.
Masyarakat Indonesia banyak yang masih berkubang di tingkat kesadaran magis. Mereka tidak sadar diperlakukan tidak adil oleh "pemimpin" spiritualnya. Mereka sami'na wa ato' na terhadap titah dan perintah pemimpinnya. Tampaknya itulah yang terjadi pada komunitas santri MBS.
Kedua, kesadaran naif. Paulo Freire menyebutnya sebagai kesadaran semi-intransitif. Manusia pada tingkat kesadaran ini telah bisa menjadi subjek yang mampu berdialog dengan yang lain, tapi belum sampai pada tahap memahami realitas dalam true act of knowing.
Mereka mampu memahami masalah yang mereka alami, namun mereka cenderung untuk menyepelekan dan tidak mengujinya secara cermat. Sehingga mereka sangat rentan dimanipulasi oleh elit pemimpin lewat propaganda, slogan, bahkan mitos sekali pun.
Baca Juga: Sindung Tj: Pandemi Covid-19 Mematangkan Keaslian Manusia