Faktor Industri Media, Iklan dan Rating TV dalam Tragedi di Kanjuruhan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 10 Oktober 2022 13:55 WIB
Pihak stasiun TV mau membeli atau membayar hak siar, asalkan pertandingan dilangsungkan pada malam hari.
Pihak stasiun TV ingin pertandingan ini ditayangkan pada prime time, jam-jam siaran ketika paling banyak penontonnya. Karena besarnya jumlah penonton itulah, nilai iklan di prime time juga yang paling mahal dibandingkan segmen waktu yang lain.
Stasiun TV harus memperoleh keuntungan dari iklan, sebagai kompensasi karena mereka sudah keluar duit cukup banyak untuk membeli hak siar dari panitia. Ini sepenuhnya soal bisnis siaran. Semua stasiun TV swasta hidup dari iklan.
Baca Juga: Membaca Secara Cerdas Strategi Dagelan Surya Paloh Ketika Nasdem Capreskan Anies
Panitia sendiri juga butuh uang (antara lain dari menjual hak siar), untuk menyelenggarakan pertandingan yang besar ini.
Klub-klub sepak bola juga butuh pemasukan uang, untuk membayar gaji pemain dan kebutuhan lain. Jadi semua ini adalah bentuk hubungan yang saling membutuhkan.
Diakui atau tidak, olahraga bukan hanya tentang partisipasi. Ini juga merupakan bagian dari dunia komersial, yang dikelola dan dipasarkan untuk menghasilkan uang. Sponsor dan media sekarang menjadi pengaruh yang signifikan terhadap olahraga.
Menurut situs BBC, olahraga selalu menarik perhatian orang. Misalnya, kehadiran penonton di pertandingan sepak bola di awal 1900-an secara teratur melebihi 40.000.
Baca Juga: Resmen Kadapi: Profesor Karomani Ingin Ajukan Diri Jadi Justice Collaborator
Stadion yang dibangun untuk Olimpiade London 1908 menampung lebih dari 68.000 penonton, dan merupakan cikal bakal stadion modern, yang semua penontonnya duduk.