DECEMBER 9, 2022
Internasional

Palestina Desak Wartawan Sedunia Bersuara Demi Melindungi Para Jurnalis di Gaza

image
Para jurnalis Al Jazeera yang tewas dibunuh militer Israel di Gaza (Foto: Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - Palestina mendesak jurnalis dan asosiasi kewartawanan sedunia untuk bersuara dan bertindak melindungi wartawan Palestina serta melawan upaya Israel mendelegitimasi kerja para jurnalis.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Palestina pada Selasa, 12 Agustus 2025, menyebut Israel "pembunuh wartawan paling berbahaya" karena 230 jurnalis di Gaza telah menjadi korban kebiadaban mereka.

"Kebijakan kriminal Israel bertujuan membunuh semua saksi mata genosida yang mereka lakukan dan mengubur semua bukti kejahatan mereka," kata Kemlu Palestina di platform X.

Baca Juga: Penggunaan AI di Media Massa dan Masalah Etika Jurnalistik

Rezim Zionis Israel disebut telah membunuh para jurnalis dengan kejam sebagai balas dendam terhadap pihak-pihak yang menyampaikan kebenaran.

Menurut Palestina, langkah Israel yang sengaja mengincar wartawan juga menunjukkan bahwa upaya pembersihan etnis di Palestina adalah tindakan "jangka panjang dan sistematis."

Palestina mendesak jurnalis di seluruh dunia untuk tidak ikut menyebarkan narasi kebohongan dan propaganda Israel serta menolak upaya dehumanisasi dan delegitimasi jurnalis Palestina.

Baca Juga: Anas Al-Sharif, Jurnalis yang Lebih Ditakuti dari Seribu Tentara

"Tak ada jurnalis yang boleh terlibat dalam penghasutan dan pembunuhan jurnalis lain," kata Kemlu Palestina.

Palestina juga memuji para wartawan yang teguh menjalankan tugas jurnalistiknya dengan profesionalisme tinggi dan komitmen terhadap kebenaran meski menghadapi situasi yang amat buruk.

"Mereka adalah pahlawan yang seharusnya dihormati, bukan dihina," kata Kemlu Palestina.

Baca Juga: Ketua Gabungan Wartawan Indonesia Kalimantan Barat Alfian: Wartawan Harus Pedomani Kode Etik Jurnalistik

Daftar wartawan yang dibunuh Israel semakin panjang setelah empat jurnalis Al Jazeera tewas dalam serangan roket pasukan Israel pada Minggu, 10 Agustus 2025, menurut laporan Xinhua.

Halaman:

Berita Terkait