DECEMBER 9, 2022
Internasional

Kerugian Global Akibat Bencana Alam di 2025 Capai Rp2.122 T, Termasuk Kebakaran Hutan Los Angeles

image
Kebakaran hutan yang melanda Los Angeles, California AS (Foto: Sky News)

ORBITINDONESIA.COM - Kerugian global akibat bencana alam pada paruh pertama tahun 2025 mencapai sekitar 131 miliar dolar AS (sekitar Rp2.122 triliun), dengan kebakaran hutan di Los Angeles tercatat sebagai bencana dengan kerugian tertinggi sepanjang sejarah.

Angka kerugian tersebut berasal dari analisis perusahaan asuransi multinasional asal Jerman, Munich Re, yang dirilis pada Selasa, 29 Juli 2025.

Analisis perusahaan asuransi itu menemukan bahwa hanya 80 miliar dolar AS (Rp1.296 triliun) dari total kerugian pada paruh pertama 2025 yang diasuransikan. Kerugian keseluruhan maupun kerugian yang diasuransikan tercatat secara signifikan melebihi rata-rata selama satu dekade terakhir dan rata-rata dalam 30 tahun terakhir.

Baca Juga: Wakil Presiden RI Gibran Serahkan 1.000 Paket Sembako Warga Terdampak Bencana Pekalongan, Jawa Tengah

Bencana terkait cuaca menyumbang 88 persen dari total kerugian dan 98 persen dari kerugian yang diasuransikan, sedangkan gempa bumi menyumbang masing-masing 12 persen dari total kerugian dan 2 persen dari kerugian yang telah diasuransikan, menurut laporan tersebut.

Amerika Serikat menjadi negara dengan porsi kerugian terbesar akibat bencana alam pada paruh pertama tahun ini, yang sebagian besar disebabkan oleh kebakaran hutan di dekat Los Angeles pada Januari.

Kebakaran hutan di Amerika Serikat, yang menjadi bencana alam termahal pada paruh pertama 2025, mencatat kerugian total sekitar 53 miliar dolar AS (Rp858,6 triliun), dan sekitar 40 miliar dolar AS (Rp648 triliun) di antaranya telah diasuransikan.

Baca Juga: Pusdaslops Pengendalian Bencana: 1.092 Jiwa Terdampak Banjir di Dua Desa di Serdang Bedagai

Menurut Munich Re, bencana alam termahal kedua adalah gempa bumi bermagnitudo 7,7 di Myanmar pada 28 Maret, yang menyebabkan sekitar 4.500 korban jiwa dan kerugian sekitar 12 miliar dolar AS (Rp194,4 triliun).***

Berita Terkait