DECEMBER 9, 2022
Kolom

Di Tengah Kelaparan di Gaza, Kaum Sayap Kanan Ekstrem Israel Melihat Mimpi Jadi Kenyataan

image
Warga Palestina dan anak-anak yang menderita kelaparan di Gaza (Foto: ANTARA)

Pengosongan Jalur Gaza tidak pernah menjadi kebijakan formal Netanyahu atau militer Israel, tetapi retorika banyak pejabat terkemuka Israel yang menyerukan pembersihan etnis de facto di Gaza telah menjadi inti dari kasus genosida terhadap Israel yang sedang dibahas oleh Mahkamah Internasional, pengadilan tertinggi PBB.

Seruan-seruan tersebut kembali disuarakan dalam sebuah konferensi sayap kanan yang diadakan pada hari Selasa di Knesset, di mana para peserta berbicara tentang Gaza sebagai lokasi ideal untuk mengatasi krisis perumahan Israel, sebagaimana yang telah lama dilakukan oleh permukiman Tepi Barat, dan mendesak kembalinya para pemukim Yahudi ke wilayah kantong tersebut.

"Kami akan menduduki Gaza dan menjadikannya bagian tak terpisahkan dari Israel," ujar Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, seorang tokoh sayap kanan terkemuka dalam koalisi Netanyahu, dalam konferensi bertajuk: "Riviera Gaza — dari Visi ke Realitas."

Baca Juga: Warga Sipil Gaza Kelaparan dan Kehabisan Cadangan Makanan di Bawah Aksi Genosida Israel

Menurut laporan media Israel, beberapa rencana yang dibahas antara lain pembentukan dua kota terpisah di wilayah sempit tersebut, di samping kawasan wisata dengan hotel-hotel tepi pantai serta kawasan industri dan pertanian baru. Smotrich mengatakan bahwa ada rencana untuk "merelokasi warga Gaza ke negara lain" dan Trump sendiri mendukung rencana ini.

Pada hari Kamis, retorika gencar terus berlanjut. Menteri Warisan Budaya Israel Amichai Eliyahu, politisi sayap kanan lain yang pada awal perang mengusulkan untuk menjatuhkan salah satu bom nuklir Israel di Gaza, menyatakan bahwa "seluruh Gaza akan menjadi milik Yahudi."

Pemerintah Israel "berlomba-lomba untuk memusnahkan Gaza," kata Eliyahu kepada sebuah stasiun radio, menggambarkan warga Palestina sebagai Nazi yang terindoktrinasi. "Puji Tuhan, kita sedang memberantas kejahatan ini. Kita sedang mendorong populasi yang telah dididik tentang 'Mein Kampf'."

Baca Juga: Serangan Keji Israel Tewaskan 20 Warga yang Tunggu Bantuan Kemanusiaan di Jalur Gaza Utara

Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menentang komentar Eliyahu, menyebutnya sebagai "serangan terhadap nilai-nilai dan bencana hubungan masyarakat." Namun, kelompok sayap kanan ekstrem Israel tampaknya tidak terpengaruh oleh kritik tersebut dan meremehkan kemarahan internasional yang semakin meningkat atas situasi di Gaza.

"Tidak ada kelaparan di Gaza," kata Eliyahu dalam wawancara yang sama, menepis laporan kelaparan sebagai propaganda anti-Israel. "Tapi kita tidak perlu khawatir dengan kelaparan di Jalur Gaza. Biarkan dunia yang mengkhawatirkannya."

*Ishaan Tharoor & Joshua Yang adalah kolumnis di The Washington Post. Tulisan ini merupakan ringkasan bebas dari versi asli berbahasa Inggris. ***

Baca Juga: Ratusan Ribu Anak dan Bayi di Gaza Palestina Hadapi Kematian Akibat Kelaparan

Halaman:
Sumber: The Washington Post

Berita Terkait