Buku “My Soul is a Woman” Karya Annemarie Schimmel: Feminitas dalam Jiwa Sufistik
- Penulis : Khoirotun Nisak
- Jumat, 25 Juli 2025 11:08 WIB
.jpg)
ORBITINDONESIA.COM - Tak banyak karya yang mampu menyatukan spiritualitas, puisi, dan pembelaan terhadap nilai-nilai perempuan dengan begitu halus dan mendalam seperti My Soul is a Woman karya Annemarie Schimmel.
Buku ini bukan sekadar kajian akademik tentang sufisme dan perempuan, melainkan sebuah perjalanan batin untuk memahami bagaimana tradisi Islam, khususnya dalam dunia tasawuf, sesungguhnya mengandung penghormatan yang sangat tinggi terhadap prinsip-prinsip feminin—baik secara metaforis maupun spiritual.
Melalui lensa lembut dan tajam milik Schimmel, kita diajak menyusuri pemikiran dan puisi para sufi besar seperti Rumi, Ibn Arabi, Rabiah al-Adawiyah, dan lainnya.
Baca Juga: Yuval Noah Harari, "Nexus: Ketika Sejarah, Teknologi, dan Kemanusiaan Bertemu di Persimpangan Baru"
Namun yang membedakan karya ini adalah pendekatannya yang tidak berkutat pada sejarah perempuan sebagai subjek sosial dalam Islam, melainkan pada bagaimana "feminitas" hadir dalam inti pengalaman mistik Islam itu sendiri.
Feminin dalam konteks ini bukan semata jenis kelamin biologis, melainkan kualitas spiritual seperti cinta, kelembutan, pengorbanan, dan penerimaan yang dalam.
Salah satu ide paling mencolok dalam buku ini adalah pembalikan simbolik terhadap pandangan patriarkis.
Baca Juga: Buku “Fihi Ma Fihi”: Menyelami Kedalaman Jiwa bersama Rumi
Dalam banyak budaya dan pemikiran religius, Tuhan dilambangkan sebagai laki-laki, aktif, dominan. Namun dalam sufisme, jiwa manusia, terlepas dari jenis kelaminnya—diposisikan sebagai perempuan: sebagai mahbubah (yang dicintai), yang mencari penyatuan dengan Sang Kekasih Sejati (Tuhan).
Dalam posisi inilah, perempuan menjadi lambang dari jiwa yang paling otentik: penerima cinta ilahi, sumber kearifan, sekaligus jembatan antara dunia fana dan kekal.
Judul buku ini sendiri, My Soul is a Woman, adalah pernyataan yang penuh makna. Schimmel mengajak kita untuk memandang jiwa sebagai entitas yang "feminin", bukan dalam arti subordinatif, tetapi justru sebagai pusat dari relasi mistis yang penuh cinta dan keheningan.
Baca Juga: Buku Neospirituality and Neuroscience: Puncak Evolusi kemanusiaan
Ia membongkar asumsi bahwa spiritualitas Islam adalah maskulin dan otoritatif, lalu menawarkan perspektif bahwa justru kualitas-kualitas perempuanlah yang menjadi jalan penggugah dalam sufisme.