Menemukan Kebebasan Sejati: Pelajaran dari Buku “Berani Tidak Disukai”
- Penulis : Khoirotun Nisak
- Senin, 21 Juli 2025 15:55 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Dalam dunia yang penuh tuntutan sosial, ekspektasi keluarga, dan tekanan media sosial, muncul satu pertanyaan mendasar: bisakah kita hidup bahagia tanpa harus menyenangkan semua orang? Buku Berani Tidak Disukai karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga hadir sebagai jawaban berani atas pertanyaan tersebut.
Ditulis dalam bentuk dialog antara seorang filsuf dan seorang pemuda yang gelisah, buku ini mengupas pemikiran revolusioner Alfred Adler, seorang psikolog Austria yang kerap dianggap sebagai "saingan" Freud dan Jung.
Dialog antara dua tokoh utamanya membimbing pembaca secara perlahan, dari rasa tidak nyaman menuju pencerahan yang mendalam tentang kebebasan psikologis.
Tema sentral buku ini adalah "kebahagiaan adalah pilihan", dan bahwa kita sepenuhnya bertanggung jawab atas kehidupan kita, terlepas dari pengalaman masa lalu.
Salah satu ide paling mencengangkan dalam buku ini adalah bahwa trauma masa lalu tidak menentukan siapa kita hari ini.
Dalam psikologi Adlerian, bukan pengalaman yang penting, tetapi makna yang kita berikan pada pengalaman tersebut.
Baca Juga: Buku "Deep Work" oleh Cal Newport: Seni Menyelami Fokus di Era yang Bising
Artinya, kita bisa memutus rantai penderitaan, trauma, dan dendam jika kita memilih untuk tidak lagi hidup di bawah bayang-bayangnya.
Gagasan ini begitu membebaskan—sekaligus menantang—karena menggugurkan posisi kita sebagai “korban” dan mengajak kita menjadi pencipta kehidupan kita sendiri.
Bagian paling menyentuh dari buku ini adalah saat sang filsuf menyatakan bahwa “semua masalah manusia adalah masalah hubungan.”
Baca Juga: Buku Neospirituality and Neuroscience: Puncak Evolusi kemanusiaan
Di sinilah buku ini menyentuh sisi terdalam kehidupan kita: relasi dengan orang tua, teman, pasangan, bahkan dengan diri sendiri.