
Mabrur: Buah dari Perjalanan
Banyak yang pulang haji membawa sertifikat haji, kurma Ajwa, dan peci putih. Tapi tidak membawa hati yang berubah. Mabrur bukan soal titel, tapi transformasi.
Imam Hasan al-Bashri menegaskan: “Tanda haji mabrur adalah ketika seseorang pulang dan dunia tak lagi mencengkeram hatinya.”
Baca Juga: BP Haji Bertemu Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, Bahas Persiapan Penyelenggaraan Haji
Aku pun bertanya dalam hati: apakah aku telah menjadi lebih lembut, lebih jujur, lebih ikhlas? Apakah aku akan kembali menjadi orang yang lebih sabar, atau hanya membawa cerita panjang dan oleh-oleh?
Tak semua orang berubah. Tapi sejarah mencatat mereka yang benar-benar disentuh oleh haji:
Malcolm X, radikal kulit hitam dari AS ini memandang orang kulit putih sebagai musuh. Tapi saat berhaji, ia menyaksikan persaudaraan universal. Ia makan bersama orang dari berbagai warna kulit, dan iapun menulis menulis:
Baca Juga: Kemlu RI: 6 Warga Indonesia Meninggal Dalam Kecelakaan Bus Rombongan Umrah di Arab Saudi
"Islam bisa menyelesaikan masalah ras di Amerika karena aku melihat langsung di Mekah bagaimana semua warna kulit salat bersama, tanpa sekat."
Ia pulang sebagai pendakwah damai dan meninggalkan ideologi kebencian.
Buya Hamka, pergi ke Mekah sebagai remaja, pulang sebagai manusia yang tercerahkan. Di Tanah Suci, ia tidak hanya menunaikan rukun, tapi menyelami makna.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Umrah di Era Artificial Intelligence
Hamka menulis: "Aku ke Mekah dengan kepala penuh kebanggaan, tapi pulang dengan hati yang tunduk."